Soni Farid Maulana
Malam belum larut benar
Tidurku dibangunkan hujan. Ruang tengah
Yang bocor juga ruang tamu, malam itu
Tampak menjamu hujan. Dan hujan dengan
Riangnya menari, melebarkan sayap
Di lantai. Mainan kanak-kanak
Dari plastik tampak mengambang
Hujan makin lebat di luar. Dari ruang tamu
Masuk ke kamar menyapa kasur, menyapa
Kaki anakku, hingga bangun
Dan menangis, takut mendengar
Suara hujan yang mengirim irisan
Cahaya, membakar pohonan
Setelah puas dengan itu
Dibiarkannya diriku dirangkum
Keheningan yang meliuk
Dipirik detik jam
1996
Label: Soni Farid Maulana, syair puisi
Soni Farid Maulana
Duduk dalam diskotek, mendengarkan musik
Melihat orang jingkrak-jingkrak, lantai berkaca
Sungguh tak sedikit pun kudengar hujan jatuh
Dari hatimu. Tak kusangka sejauh itu meruntuhkan
Pohonan di luar senja. Bahkan tak sedetik pun
Terbayang dalam benak, seseorang, ya, seseorang
Meregang nyawa, tertimpa bangunan runtuh
Tertimpa perasaan duka teramat kelam
Hanya musik dan gerak orang jingkrak-jingkrak
Yang menyelusup ke dalam ingatan
Serat cahaya bersilangan mengiris asap rokok
Mengiris kesunyian dan kesepianku yang terdampar
Dalam ruangan ini, ruangan sarat musik, orang
Tertawa dan bercintaan dijaring temaram lampu
Lalu liuk tubuh ikanmu diam-diam melemparkan
Jiwaku pada sebuah ruang yang asing
Sunyi dan sendiri. Dan kau perawan atau tidak
Bukan urusanku. Ah, mengapa kau memandangku
Seperti itu? Sambil tersenyum kau menghampiriku
Yang duduk, lengket di kursi, tidak berbuat apa-apa
Semisal menjamah dirimu. Bahkan segelas bir
Masih utuh di meja, juga butiran kacang
1996
Label: Soni Farid Maulana, syair puisi
Soni Farid Maulana
Tak kutemukan bangkai matahari
Di antara lorong bangunan bertingkat
Selain jejak bulan pada rimbun pepohonan
Sarat debu. Malam yang turun dari hati yang batu
Mengekalkan api sunyi berkobar dari rongga kuburan
Perahu waktu berlayar membawaku pergi
Ombak dan gelombang dipelihara ikan hiu
Seberkas cahaya obor di tangan
Kian kelap-kelip dimainkan angin malam
Sirip ikan hiu tampak ke permukaan
Wajah yang kelam dan dalam tegak di hadapan
Pelayaran kian jauh dari lepas pantai
Batu-batu karang yang runcing menjulang
Selebihnya lolongan bintang liar
Meledak di bawah akar rumputan
1994
Label: Soni Farid Maulana, syair puisi
Soni Farid Maulana
Likat lumpur tubuh perempuan
Adalah kesepian yang tiada henti dibentuk
Sang pematung menurut citranya sendiri
Ditatap dan dibetulkan letak lekuk tubuhnya
Yang diolahnya itu. Sebuah tungku perapian
Lalu dinyalakan. Disiapkan pembakaran
Kau bagiku adalah ruang yang kerap
Mengekalkan impian-impianku,
Ujarnya. Malam alangkah lindap dan sunyi
Hanya desir rumputan, desir pepohonan
Mungkin denting dedaunan dipetik angin
Cahaya bulan juga suara cengkrik
Menandai batu-batu dan menari dalam diam
Dalam huruf-huruf alam yang berkilauan
Di semesta terbuka
Kau adalah ruang bagi imajiku, tanah
Bagi tetumbuhan benihku yang kutanam tanpa
Nafsu, lanjut si pematung sambil
Menghaluskan arsiran palet pada celah berbukit
Di dinding bayang-bayang kelambu bergeseran
Di halaman cahaya lampu dan bulan tampak
Bersilangan, berayun-ayun di antara
Ranting yang dimainkan angin dan lolong
Anjing kegelapan di situ
1996
Label: Soni Farid Maulana, syair puisi
Soni Farid Maulana
Sekuntum bunga kangkung yang ungu
Tumbuh di antara sampah plastik dan bangkai tikus
Rel kereta api membentang di pinggirnya
Cahaya matahari berkilatan dipantulkan air selokan
Diturih timah hitam. Sekuntum bunga kangkung
Yang mekar di situ adalah bahasa juga ayat-ayat sunyi
Yang kerap diwiridkan angin ke relung hati terdalam
Air selokan yang coklat kadang hijau muda
Mengalir ke hilir. Sesekali bangkai mujair
Timbul tenggelam, terantuk onggokan sampah, nyangkut
Di sela tetumbuhan kangkung
Di situ jiwaku mengembara ke sebuah ruang yang kelam
Di kedalaman tanah ada jerit akar tetumbuhan
Yang terbakar. Rangka besi berjulangan di pusat kota
Dialirkan air selokan ke hulu
Jiwaku berlayar menyisir rumah kertas *)
Kadang kulihat kupu-kupu terbang mengitar
Bunga kangkung. Ada anak kecil berlari
Menangkapnya. Ada ibu-ibu menyabit kangkung
Tampak sehat dan tak berpenyakit jantung
Aku mengerti inilah bahasa diisyaratkan angin
Juga sepasukan serangga yang berdengung
Adalah keindahan tersendiri yang bermekaran
Sepanjang rel kereta api. Sepanjang hidup
Berlembah dan berjurang kata-kata
1996
*) "Rumah Kertas", lakon teater karya Nano Riantiarno
Label: sajak, Soni Farid Maulana, syair, syair puisi
Soni Farid Maulana
Pecahan air yang melenting dari atas genting
Saat hujan turun bikin komposisi dingin bersambung
Dingin dan angin bolak-balik menyisir pepohonan
Membaca jengkal demi jengkal jejak hujan yang hilang
Di titik pandang. Dengarlah suara gemuruh
Yang lambat dan pasti menyapu permukaan bumi
Suara itu adalah suara hujan menimpa beton
Yang nyaring berteriak mencari pepohonan
Dan dingin selalu bersambung dengan dingin
Bertumpuk-tumpuk bagai mentega melapisi kulit,
Daging, tulang juga sumsum. Kau dan aku
Saat itu basah dalam hujan yang bergemuruh
Memanggil pepohonan juga rumputan
Yang bertumbuhan di balik hari
1996
Label: sajak, Soni Farid Maulana, syair, syair puisi
Sutan Iwan Soekri Munaf
Masih kurasakan dengus malam
dalam cahya matamu, Neng.
Berdendang dengan angin dan selendang mayang
tentang negeri yang terbakar dendam
“Harus diselamatkan, Neng. Harus diselamatkan!”
Suara sendiri menggaung dalam subuh
tentu engkau rasakan
langit hitam negeri ini akan luruh,
sebentar nanti langit perak gemerlapan
akan tumbuh, Neng, akan tumbuh...
Perlahan sekali, subuh kutembus
antara percakapan rumput-rumput dan angin
antara bayang-bayang dan selendang mayang di leherku
dan wajah bunda pertiwi dalam dada,
Langkahku semakin tertuju ke Gudang Peluru
Tentu engkau mengerti,
langkah demi langkah berbagi antara kau dan bunda pertiwi
Perlahan sekali, kawat berduri kutembus
antara kantuk serdadu-serdadu penjaga
dan nafsu ingin segera kembali padamu.
Dadaku semakin busung ketika menangkap senyummu mampir menggoda
dan bunda pertiwi bertanya-tanya dalam ruang dada
tentang arti gelora dalam perjalanan sejarah mendatang.
Perlahan sekali, merayap sunyi sambil kugenggam granat
dan menikmati harum rambutmu masih terasa dalam selendang mayang
berjalan menyusur pagi yang hampir tiba
: Adakah engkau di sana mendengarkan kisahku, Neng?
Detik demi detik: Waktu berjalan
Dalam sudut kepastian dengan granat di tangan panas kugenggam
dan picu telah dilepas. Ketika ini semilir bayangmu makin menggoda
Ingin saja kukembali dari gudang peluru dan datang padamu
untuk mengajuk waktu-waktu tersisa
“Tidak, Neng.
Kita tebus kemerdekaan dengan menggadaikan cinta kita
pada ladang-ladang mesiu musuh!”
Dan kita tanam kemerdekaan dalam dada atas setiap jengkal negri ini
dan kita siram dengan darah dan keringat,
agar tumbuh, Neng, agar selamat...
Lambaian tanganmu, ketika melepasku pergi
perlahan terasa.
Mungkin juga seribu pemuda merasa
ketika berpisah: Mengosongkan Bandung!
Dan granat ini semakin mesra bercanda, Neng
sambil sayup-sayup membakar tanah selatan
“Selamat tinggal, Neng, semua ini untukmu!
Aku rela...”
Tanganku perlahan
tapi penuh kepastian
dan tenaga. Granat itu kulepas
Granat itu melayang di udara
Berhasil kulempar!
Granat itu lepas!
Granat itu melayang dengan anggunnya. Menembus subuh
menerkam sasaran!
Mataku tak pernah lupa
Granat itu meledak!
Bunga api di pinggir subuh di sisi pagi
di tepi Bandung Selatan
Mataku tak pernah lupa
Granat itu meledak!
Gudang peluru itu musnah! Gudang peluru itu musnah!
Bergelegar suaranya di Bandung Selatan.
Aku puas, Neng, aku puas sekali...
Tidakkah engkau lihat semua itu dalam senyumku?
Sekarang aku ingin segera kembali padamu, Neng
Ingin kutuliskan kisahku, ingin kuceritakan pengalamanku
dengan selendang mayangmu dalam wangi rambutmu
dengan seluruh getar jiwaku menatap untukmu, Neng
Dan langkahku semakin ringan, Neng, semakin ringan
berjalan menujumu. Dan, O, siapa yang terbaring itu?
Wajahnya hancur, tubuhnya luluh tak dapat dikenal
Darah berhamburan di sana-sini
Tapi aku kenal selendang itu, bukankah selendangmu, Neng
Bukankah selendangmu yang kupakai, yang melingkar
di leher tubuh itu?
Langkahku semakin ringan dan semakin kasat
Sekali terbang dan sekali terbenam
Dari balik mentari
Kusimpan salam untukmu, Neng
Bandung, 1983
Label: sajak, Sutan Iwan Soekri Munaf, syair, syair puisi
Sutan Iwan Soekri Munaf
Berkali-kali kaki melangkah di pagi hari
Es di jalan dingin menggigit sepatu. Beku
Barangkali waktu menggoda jarak
dan perjalanan pun terbagi-bagi
Aku kehilangan lelah saat mencari-cari jejak
Menari-nari. Berpendar-pendar dalam matamu
Barangkali langkah tinggalkan seribu jalan. Sepi
menyapa berkali-kali malam tadi
Aku kembali ingin rasakan waktu dalam dekapmu
Meniti rindu yang berkepanjangan membelenggu
Semua membayang dalam setiap langkah
Barangkali kini engkau lelah dan tinggal dalam sejarah
Ya, aku tidak ingin lagi duduk dan bercakap ditemani bulan
Bercerita tentang seribu perjalanan dalam satu kematian
Aku kembali ingin bercakap sambil berjalan
Meninggalkan bulan. Meninggalkan tahun. Meninggalkan angan-angan
Berkali-kali mengukur jarak waktu. Berkali-kali engkau menunggu
Semua bisu
Langkah kaki masih menembus pagi hari
Es di jalan dingin menggigit sepatu. Beku
Jakarta, 1996
Label: sajak, Sutan Iwan Soekri Munaf, syair, syair puisi
Sutan Iwan Soekri Munaf
Begitulah. Setiap senja aku selalu menunggu. Ditemani
secangkir teh dan membebaskan diri dari kejaran waktu. Di sini
tidak ada negosiasi — Boleh terjadi transaksi demi transaksi
mengoyak-ngoyak kehidupan. Biarkan di lapangan terjadi
Bukan di sini!
Begitulah. Setiap senja aku selalu menunggumu. Menatap
ke kolam kecil dengan riak air di beranda. Senyap
Kini segala topeng lepas. Kita bisa bicara
Apa saja. Tanpa tema tanpa paksa
Namun langkah belum juga sampai...
Begitulah. Ditemanimu —Makan siang— melupakan sangsai
karena melahap kesempatan yang datang menggoda
Kita duduk dan kau mengemil emping. Cuma mata
banyak berkata. Kita bukan siapa-siapa
Sebab hari tidak pernah akan kembali,
begitu kan? Menatapmu —Sambil mencuri-curi dari balik menu
seperti remaja cinta pertama mau bercumbu
Padahal kita manusia perkasa yang bisa menghitung
rugi-laba sampai ke masa datang
dan selalu tepat mengambil risiko. Berani
Begitukah? Secangkir teh semakin dingin. Langkahmu belum
terdengar. Ikan mas di kolam beranda sudah enggan menari
Aku masih menunggu. Menunggumu.
Cililitan Kecil, 25 Oktober 1994
Label: sajak, Sutan Iwan Soekri Munaf, syair, syair puisi
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sebaris gerimis
membasahi kembara panjang
Seorang tualang menjelang petang
belum juga mabuk mereguk waktu
dalam sepi meniti jarak
dan menggali mimpi lagi. Masuk
ke pintu rindu dengan mata menyala-nyala. Buta
Ketika sukma menembus sela-sela hujan
Bisu pun beku
Aku berlari menyelimuti dingin
dan kembali mencari-cari
ke dalam hati, ke dalam jantung
Malam. Pun hamparan kisah menghampiri
Sebaris-sebaris. Tinggal
nama yang terbaca dalam kabut dinihari. Nanti
Aku ingin kembali
Jakarta, 1996
Label: sajak, Sutan Iwan Soekri Munaf, syair, syair puisi
Sutan Iwan Soekri Munaf
Manakala engkau tidak lagi terbaring di ranjang
Aku mencari bantal sepi. Sendiri
Barangkali lelah tadi siang akan segera hilang
Engkau akan mengirim bunga dalam mimpi
Aku menghirup: Wangi
(Semua tersimpan dalam dengkur
Suara merdu dari atas kasur)
Kalau pun aku bangun menggeliat panjang
Aku masih ingin bernafas menikmati bersihnya udara pagi hari
Tinggalkan seribu kisah dalam mimpi
Barangkali siang ini aku lupakan tualang
Engkau duduk di sudut ranjang
menunggu kuhirup sendumu
Sungguh!
Label: sajak, Sutan Iwan Soekri Munaf, syair, syair puisi
Sutan Iwan Soekri Munaf
Bulan perak di langit gelap. Mampir
Saat menangkap sorot mata jernih. Tubuh pun menjadi transparan
dan kau semakin jauh bergerak. Kendara waktu
mengantarkan rindu ke tempatmu
Bulan perak di langit gelap. Aku rindu
datang. Lihatlah, aku buat tangga menjulang
Aku naik anak tangga demi anak tangga. Kau
masih terlalu jauh. Langit menyembunyikanmu
Dari sini
Bulan perak di langit gelap. Berlayar
di samudera angkasa. Menyampaikan salam perpisahan
dan kembali esok malam menangkap wajahku. Barangkali!
Bandung, 7 Oktober 1988
Label: sajak, Sutan Iwan Soekri Munaf, syair, syair puisi
Beni R. Budiman
Kesedihan bagaimanapun bukan harapan
Tapi biji benalu yang hinggap bersama
Burung. Dan matahari, angin, dan hujan
Mengirim gairah hidup yang baru bertahan
Dan paruh burung tak pernah mampu menolak
Makanan. Seperti juga kesedihan tak memilih
Tempat berteduh. Semua daerah baginya indah
Dan sebagai pohonan kita pun ibarat limban
Bagi segala kesedihan berjalan. Seperti kematian
Kesedihan menjelma kenyataan yang kita cintai
Mainan yang seringkali membuat takut dan bosan
Label: Beni R. Budiman, sajak, syair, syair puisi
Beni R. Budiman
Ikankah kau yang bicara dalam kaca
Berenang dalam lampu remang
Di luar pecinta terpana pada ekormu
Yang mengundang tualang
Segera angan pun terbang pada ranjang
Pada rumah miring di atas tebing
Di bawahnya perigi mengucurkan sunyi
Dan anak sungai menyanyikan lagu nyeri
Ikankah kau yang bercanda tanpa baju dan celana
Yang memampangkan peta bagi para pengembara
Dan berjanji memberi arti sepi
Di luar bejana dadaku bergetar
Ketika bibirmu menjilat karang
dan tubuhmu bergoyang
Label: Beni R. Budiman, sajak, syair, syair puisi
Beni R. Budiman
Gerimis malam mematahkan remang mercury
Dan bintang jadi ngeri mengulum senyum
Hanya kelelawar berani keluar. Terbang
Di antara pohon jambu batu yang kelabu
Gerimis pun memaksa setiap daun kelimis
Seperti habis keramas. Genting-genting
Mengkilap dalam gelap. Bulan pun tiarap
Bayang dan gamang menari seperti dalam
Fiksi. Mengejar tubuh lelah seperti gabah
Basah. Dan garis gerimis seakan berbaris
Membentuk barikade-barikade yang bengis
Kerangkeng yang kekal dengan lagu dingin
Label: Beni R. Budiman, sajak, syair, syair puisi
Beni R. Budiman
Malam itu tak ada kemarahan paling sempurna
Selain dingin dan gelap yang pekat. Kesepian
Mengekalkan suara burung hantu sebagai gerutu
Pinus dan trambesi mendesis dengan wajah lesi
Pada saat seperti itu, api unggunlah kerinduan
Tak tertahan itu. Panas yang mampu mencairkan
Kabut dan embun beku. Tumpukan kayu kering yang
Riang menjadi bara dan abu bagi api yang biru
Tapi, sempurnalah mimpi, rindu, dan angan-angan
Karena batu-batu tak mampu menumbuhkan nyala api
Dahan dan ranting menolak perapian. Dan gulita
Tak mencintai cahaya. Tapi memilih tanah basah
Label: Beni R. Budiman, sajak, syair, syair puisi
Beni R. Budiman
Dia antara batu-batu lumut menari dalam air kali
Ganggang berenang tenang. Dan capung melayang
Bersama belalang. Anak-anak mandi di riang perigi
Nada cinta pun mengalun dibawa angin yang santun
Tapi di antara batu-batu, tubuh siapa yang setia
Dalam keramba. Patok-patok yang ditancapkan pada
Batu cadas telah membuat kandas mimpi yang bebas
Kayu dan bambu menjadi kerangkeng yang mengurung
Lagu lenggang kangkung. Dan harapan hanya pada
Hujan topan yang bisa mengirim banjir bandang
Sekaligus doa bagi kemerdekaan yang tinggal mimpi
Di keramba mungkin aku hanya ikan yang menghamba
Menanti mati tiba sambil memuja cerita nestapa
Label: Beni R. Budiman, sajak, syair, syair puisi
Beni R. Budiman
Di bawah gunung kesepian bergulung dan memuncak
Dan pada hamparan daratan kuabadikan kecemasan
Tebing batu cadas dan pinus-pinus yang mendengus
Angin mengirim cuaca sembab. Hujan tertahan awan
Dan dalam suasana temaram pohon karet berbaris
Sujud dalam sakit yang sama. Memberat ke arah
Barat. Burung-burung pun datang dan pergi dalam
Irama yang pasti. Udara seakan sendu mambatu
Dan hidup seperti tumpukan tenda yang dibangun
Dan diruntuhkan. Dan kematian berkibar pada tiang
Bendera di suatu perkemahan. Nyanyian yang rindu
Dilantunkan petualang di antara lereng dan jurang
Label: Beni R. Budiman, sajak, syair, syair puisi
Beni R. Budiman
Lubang angin menempa kering batok kelapa sebagai
Bara yang nyala. Sebuah per baja menderita dalam
Marah yang sempurna. Gubuk bilik hitam pun merah
Gerah seperti membangun rumah dari biji keringat
Bau resah menyengat. Lalu beberapa palu melagukan
Nada pilu bertalu. Bunyi dalam nyanyi pandai besi
Yang nyeri. Berlari seperti derap kaki gerombolan
Kavaleri. Musik berisik yang menggoda para paduka
Dalam tempat yang sendiri para pandai besi seperti
Geram yang berjanji. Mata air yang terus meneteskan
Doa basah pada bukit batu. Cinta yang keras kepala
Ombak yang setia memimpikan karang menjelma pedang.
Label: Beni R. Budiman, sajak, syair, syair puisi
Oleh: Yudhiswara
keruh udara tahun ini. kuterpukau
menatapi jalan raya garang warnanya
menempel pada kaos kaos pejalan kaki lima
mobil-mobil menggigil mencium kebencian
dari udara tercemar baunya retak di dalam nafas
jantung terguncang terganggu dari tidurnya
kemana anak-anak tanpa bapak itu
cintanya terbang rusuh direlung dukanya
mulut yang berteriak mengotori suasana
berdesingan bau comberan pasar central
lagunya usang perempuan bersuka-suka
keruh udara tahun ini. orang suka
: mengenang masa lalu pada belantara daun
tubuh lunglai tanpa sekolah kau datang
Label: sajak, syair, syair puisi, Yudhiswara
Oleh: Yudhiswara
setelah pemakaman memulangkan tubuhmu
membawaku di alammu
di alam renung
kematian saling susul menyusul
cerita-cerita nisbi telah dihentikan
sehabis keranda
itukah bis kota terakhir
ah, ada saja debarku menggigil
pergi ke muara
melayat para nelayan
yang mati kesunyian di atas biduk
dengan ikan yang masih menggelepar
itukah diri kita
ada-ada saja pertanyaan nakalmu
setelah pemakaman berakhir
tak ada kembang
tak ada nisan
sebab makam bukan perjalanan terakhir
mengaliri darah sehabis hidup
dari akar sampai ke pucuk
kembalinya ke makam
di cermin aku harus ikhlaskan
segala tangan kaki dan muka
lidah dan jantung menjadi tanah
Label: sajak, syair, syair puisi, Yudhiswara
Oleh:Tjahjono Widarmanto
sehabis gerimis mengakhiri percakapannya
dipetiknya harpa, ditiupnya nafiri
dia bernyanyi berlagu-lagu
memaksa angsa-angsa mengibaskan bulu-bulunya.
sehabis gerimis dilanjutkannya dialog itu
melalui denting harpa dan siul nafiri
membuat angin jadi terpesona
lantas mengitari dan memahkotainya dengan daun-daun kamboja
sembari mempersembahkan tarian para dewa.
sehabis gerimis, bunga teratai itu bermekaran
dalam pelukan samadhi kaki langit
berbaring bersama deru topan
yang tiba-tiba jadi jinak dibuai awan
di atas puncak segala, seusai gerimis
seorang brahmana bersama ribuan merpati
menerbangkan damainya nyanyian ke penjuru bumi
jadi hening meditasi wajah bumi dan laut semesta.
sehabis gerimis, ikan-ikan beterbangan,
burung-burung berloncatan
angin tenang bermuara sunyi mencumbu awan kaki langit
tak peduli akan mati.
tak pernah peduli!
Label: sajak, syair, syair puisi, Tjahjono Widarmanto
Kenangan Pada Sabana
(Pro: Umbu Landu Paranggi)
Oleh: Rendra
pernahkah kita jumpa di sebuah jamuan di sana, bang?
entahlah,
begitu banyak yang tercecer dalam perjalanan
masa kecil yang sembunyi di kebun jagung
(yang kita makan dikala minus beras)
dan di padang luas
yang selalu kudekap kemana pergi
pulau yang terpuruk di selatan,
pulau Sumba,
dimana ringkik kuda dan lenguh sapi
tidak pernah ragu dalam menapak sepi
dan gersangnya padang dan bukit
sajakku ingin menebar di sabana itu, bang
mungkin kita memang pernah jumpa di sebuah jamuan di sana
kata sebuah suara "kau boleh meneruskan rasa rindu itu"
Label: Rendra, sajak, syair, syair puisi
Oleh: Rendra
Mata kejora! Mata kejora!
Mata kekasih dalam dekapan malam.
Dalam kehidupan yang penuh mata bisul,
mata hatiku meronta,
ditawan rangkaian mata rantai!
Sawah gersang tanpa mata bajak.
Mata gergaji merajalela di rimba raya.
Mata badik memburu mata uang.
Mata kail termangu tanpa umpan.
Dan mata sangkur menghunjam ke mata batin.
Mata kejora! Mata kejora!
Mata kekasih dalam dekapan malam.
Padang rumput terancam mata api.
Tetapi, kekasihku, di dalam kalbuku yang murung ini
engkaulah mata air pengharapan.
Label: Rendra, sajak, syair, syair puisi
Oleh: Rendra
Aku merindukan mata bayi
setelah aku dikhianati mata durjana.
Aku merindukan mata hari
karena aku dikerumuni mata gelap.
Aku merindukan mata angin
karena aku disekap oleh mata merah saga.
Wahai, mata pisau! Mata pisau di mana-mana
Mata batin! Mata batin!
Hadirlah kamu!
Hadirlah kamu di saat yang rawan ini.
Wahai, mata batin!
Kedalaman yang tak terkira.
Keluasan yang tak terduga.
Harapan di tengah gebalau ancaman.
Label: Rendra, sajak, syair, syair puisi
SEBAGAI KENANGAN KEPADA AMIR HAMZAH,PENYAIR YANG TERBUNUH
0 komentar Diposting oleh Captain Hawk di 11.26Oleh :Asrul Sani
Ciumlah pinggir kejauhan
tangan terkulai karena revolusi !
Tinggalkanlah ribaan bunda
dan mari kita iringkan desir air di pasir
nikmati tokoh perawan dan gadis penari !
Kembangkan layar ! Pelaut remaja,
Baringkanlah diri di-timbaruang
dan pandang bintang tiada tertambat di pantai
Rahasia kita hanya disembunyikan laut,
Tiada mungkin di sana hati merindu lagi
Sayang engkau tiada kenal gelombang,
Gelombang dari rahasia pencalang
gelombang dari nakhoda yang tiada tahu pulang.
Kami akan selamanya cintakan engkau,
engkau penyair !
Lagu yang dulu kau dendangkan atas kertas gersang
Nanti kami rendam di laut terkembang.
Hati kita akan sama selalu,
dari waktu sampai waktu,
Apa yang akan kita bisikan senja ini
Akan jadi suara lantang di waktu pagi.
Simpanlah kertas dan pena
Hanya yang bernyawa
yang akan hidup selalu.
Sendu yang kaurasa,
di pagi kami telah membuka cahaya.
Label: Asrul Sani, sajak, syair, syair puisi
Oleh :Asrul Sani
Raja dari batu hitam,
di balik rimba kelam,
Naga malam,
mari kemari !
Aku laksamana dari lautan menghantam malam hari
Aku panglima dari segala burung rajawali
Aku tutup segala kota, aku sebar segala api,
Aku jadikan belantara, jadi hutan mati
Tapi aku jaga supaya janda-janda tidak diperkosa
Budak-budak tidur di pangkuan bunda
Siapa kenal daku, aku kenal bahagia
tiada takut pada pitam,
tiada takut pada kelam
pitam dan kelam punya aku
Raja dari batu hitam,
Di balik rimba kelam,
Naga malam,
Mari kemari !
Jaga segala gadis berhias diri,
Biar mereka pesta dan menari
Meningkah rebana
Aku akan menyanyi,
Engkau berjaga dari padam api timbul api.
Mereka akan terima cintaku
Siapa bercinta dengan daku,
Akan bercinta dengan tiada akhir hari
Raja dari batu hitam
Di balik rimba kelam,
Naga malam,
Mari kemari
Mari kemari,
Mari !
Label: Asrul Sani, sajak, syair, syair puisi
Oleh :Asrul Sani
Pada tapal terakhir sampai ke Jogja
bimbang telah datang pada nyala
langit telah tergantung suram
kata-kata berantukan pada arti sendiri.
Bimbang telah datang pada nyala
dan cinta tanah air akan berupa
peluru dalam darah
serta nilai yang bertebaran sepanjang masa
bertanya akan kesudahan ujian
mati atau tiada mati-matinya
O Jendral, bapa, bapa,
tiadakan engkau hendak berkata untuk kesekian kali
ataukah suatu kehilangan keyakinan
hanya kanan tetap tinggal pada tidak-sempurna
dan nanti tulisan yang telah diperbuat sementara
akan hilang ditup angin, karena
ia berdiam di pasir kering
O Jenderal, kami yang kini akan mati
tiada lagi dapat melihat kelabu
laut renangan Indonesia.
O Jendral, kami yang kini akan jadi
tanah, pasir, batu dan air
kami cinta kepada bumi ini
Ah mengapa pada hari-hari sekarang, matahari
sangsi akan rupanya, dan tiada pasti pada cahaya
yang akan dikirim ke bumi.
Jendral, mari Jendral
mari jalan di muka
mari kita hilangkan sengketa ucapan
dan dendam kehendak pada cacat-keyakinan,
engkau bersama kami, engkau bersama kami,
Mari kita tinggalkan ibu kita
mari kita biarkan istri dan kekasih mendoa
mari jendral mari
sekali in derajat orang pencari dalam bahaya,
mari jendral mari jendral mari, mari.......
Label: Asrul Sani, sajak, syair, syair puisi
Oleh :Asrul Sani
Air mata, adalah sekali ini air mata dari hati
yang mengandung durja,
Dan kelulah kekasih senantiasa berpisah
Tiadalah lagi senyum yang akan timbul karena suatu kemenangan
Habislah segala kenangan-selalu pada fajar-selalu
yang membawa harap.
Sudah tahu, suatu kesalahn sekali,
Telah merobah titik asal harap,
Dan karena gelombang yang memukul tinggi
dengan segala rahasia dan senjata yang ada dalam kerajaannya
Telah jadikan suatu cinta yang marak-hidup lepas dari lembaga
Dan gamitan tangan dan mata berhenti pada suatu keluh
sedan dari jiwa yang lberduka.
Bangunlah kekasih, berilah daku bahagia,
Dari segala cahaya yang ada padamu.
Bagiku, keluhan yang lama akan
Mematikan segala tindakan,
Membuat lagak tidak punya tokoh
Ucapan kehilangan asal dan bekas
Serta ini pulau-banyak dan intan laut yang kukasihi,
Akan menjadi suatu bencana dari kelumpuhan orang berpenyakit pitam
Aku akan hilang-lenyap, tiada meninggalkan nama.
Suatu sedih sangsai dari diriku,
Atas suatu panggilan dengan suara kecil
Dari laki-laki di depan laut di belakang gunung.
Berikan suatu pekikan peri,
Dan ini akan lebih membujuk
Dari suatu mulut terbuka, tapi tiada berkata.
Air mata yang terbayang, tetapi tiada berlinang
Dari suatu kebisuan, dari suatu kebisuan
Jika ini adalah suatu impian,
Maka janganlah bermimpi,
bagaimanapun terang malam.
Sedang daku akan berjaga,
sampai sosok tali dantiang
tergantung pada sinar pagi yang timbul.
Suatu khianat yang telah memakan cinta
suatu kebakhilan manusia yang enggan beryakin
suatu noda,
Dan suatu derita dan keluh uang mengelu
......................
demikianlah sahabat mari berdoa,
mari berdoa,
kita akan berdoa,
kita akan berdoa, kita akan berdoa
kita akan berdoa, untuk pagi hari yang akan timbul
Label: Asrul Sani, sajak, syair, syair puisi
Oleh :Asrul Sani
Ia yang hendak mencipta,
menciptalah atas bumi ini.
Ia yang akan tewas,
tewaslah karena kehidupan.
Kita yang mau mencipta dan akan tewas
akan berlaku untuk ini dengan cinta,
dan akan jatuh seperti permata mahkota
berderi sebutir demi sebutir
Apa juga masih akan tiba,
Mesra yang kita bawa, tiadalah
kita biarkan hilang karena hisapan pasir
Engkau yang telah berani menyerukan
Kebenaranmu dari gunung dan keluasan
Sekali masa akan ditimpa angin dan hujan
Jika suaramu hilang dan engkau mati.
Maka kami akan berduka, dan kanan
menghormat bersama kekasih kami.
Kita semua berdiri di belakang tapal,
Dari suatu malam ramai,
Dari suatu kegelapan tiada berkata,
Dari waktu terlalu cepat dan kita mau tahan,
Dari perceraian - tiada mungkin,
Dan sinar mata yang tiada terlupakan.
Serulah, supaya kita ada dalam satu barisan,
Serulah, supaya jangan ada yang sempat merindukan senja,
Terik yang keras tiada lagi akan sanggup
mengeringkan kembang kerenyam*
Pepohonan sekali lai akan berdahan panjang
Dan buah-buahan akan matang pada tahun yang akan datang.
Laut India akan melempar parang
Bercerita dari kembar cinta dan perceraian
Aku akan minta, supaya engkau
Berdiri curam, atas puncak dibakar panas
dan sekali lagi berseru, akan pelajaran baru.
Waktu itu angin Juni akan bertambah tenang
Karena bulan berangkat tua
Kemarau akan segan kepada bunga yang telah berkembang.
Di sini telah datang suatu perasaan,
Serta kita akan menderita dan tertawa.
Tawa dan derita dari yang tewas
yang mencipta.....
Label: Asrul Sani, sajak, syair, syair puisi
Dua orang pria pasien Rumah Sakit Jiwa (RSJ) berjalan-jalan di tepi kolam renang. Tiba-tiba pasien pertama menceburkan diri ke kolam dan langsung jongkok di dasar kolam. Dengan posisinya itu, otomatis dia menjadi kepayahan dan tersengal-sengal.
Pasien kedua melihat temannya dalam kondisi kritis lalu terjun dan berusaha menolong temannya, dan berhasil. Diangkatnya ke tepi kolam lalu dia memanggil dokter dan bercerita bahwa ia yang berusaha menyelamatkan temannya itu. Lalu si dokter berpikiran bahwa pasien kedua mungkin sudah saatnya keluar dari rumah sakit, mengingat kondisinya akhir-akhir ini kelihatan stabil dan sehat.
Keesokan harinya, dokter itu menemui pasien kedua dan berkata "Saya punya kabar baik dan kabar buruk buat kamu. Kabar baiknya, besok kamu sudah boleh pulang, karena kamu kelihatannya sudah sembuh dan pasti kamu ingin berkumpul lagi dengan keluargamu, bukan ?"
"Tetapi saya juga punya kabar buruk. Temanmu yang kamu selamatkan kemarin, hari ini ditemukan mati bunuh diri di kamarnya."
Pasien itu menjawab dengan kalem "Oo.. tidak, Dok. Dokter salah. Dia tidak mati bunuh diri, tapi aku yang menggantungnya, karena dia basah dan biar cepat kering".
Label: cerita lucu
"Ya Tuhan, kalau dia memang jodohku, dekatkanlah...
Tapi kalau bukan jodohku, jodohkanlah....
Kalau dia bukan jodohku, jangan sampe dia dapet jodoh yang lain, selain aku...
Kalau dia jodoh orang lain, putuskanlah!, jodohkan dengan ku....
Amiin...
Label: cerita lucu
Ada perlombaan hebat-hebatan dinas rahasia yang diikuti oleh seluruh dinas rahasia di dunia. Singkat cerita, di final bertemu 3 dinas rahasia terhebat di dunia, yaitu: MI6 dari Inggris, MOSSAD dari Israel, dan Polisi Rahasia Cina.
Untuk memilih yang terhebat akhirnya juri melepaskan 3 ekor kelinci di 3 hutan yang berbeda. Ketiga dinas rahasia tersebut diwajibkan menangkap ketiga kelinci tersebut. Yang tercepat maka dia yang menjadi pemenang.
MI-6 masuk hutan. Dengan keunggulan teknik intelligentnya, MI-6 memasang mata-mata dan menyiapkan jebakan untuk menangkap kelinci tersebut. 3 minggu kemudian tanpa disadari si kelinci, akhirnya si kelinci tersebut tertangkap masuk ke dalam jebakan MI-6.
MOSSAD lain lagi aksinya. Mereka memasang agen-agennya dipinggir hutan. kemudian mereka membakar hutan itu sehingga banyak hewan dan tumbuhan yang mati kebakar. 3 Hari kemudian kelinci yang dicari-cari keluar dan langsung ditangkap oleh agen MOSSAD yang telah menunggu diluar hutan.
Sedangkan Polisi Rahasia Cina Lain lagi caranya. Setelah 3 jam masuk hutan, mereka keluar dengan menyeret beruang yang sudah bonyok. Beruang itu terus berteriak-teriak,"Iya deh ... ampuuunnn ... gue ngaku ... gue kelinci."
Label: cerita lucu
Message: Kalo cowok ganteng pendiam
cewek2 bilang : woow.... cool banget...
kalo cowok jelek pendiam
cewek2 bilang : ih kuper...
kalo cowok ganteng jomblo
cewek2 bilang : pasti dia perfeksionis
kalo cowok jelek jomblo
cewek2 bilang : sudah jelas...kagak laku...
kalo cowok ganteng berbuat jahat
cewek2 bilang : nobody's perfect
kalo cowok jelek berbuat jahat
cewek2 bilang : pantes...tampangnya kriminal
kalo cowok ganteng nolongin cewe yang diganggu
preman
cewek2 bilang : .... *tatapan terpesona*
kalo cowok jelek nolongin cewe yang diganggu
preman
cewek2 bilang : pasti premannya temennya dia...
kalo cowok ganteng dapet cewek cantik
cewek2 bilang : klop...serasi banget...
kalo cowok jelek dapet cewek cantik
cewek2 bilang : pasti main dukun...
kalo cowok ganteng diputusin cewek
cewek2 bilang : jangan sedih, khan masih ada
aku...
kalo cowok jelek diputusin cewek
cewek2 bilang :...(terdiam, tapi telunjuknya meliuk-
liuk dari atas ke bawah)...
kalo cowok ganteng ngaku indo
cewek2 bilang : emang mirip-mirip bule sih...
kalo cowok jelek ngaku indo
cewek2 bilang : pasti ibunya Jawa bapaknya
sapi impor...
kalo cowok ganteng penyayang binatang
cewek2 bilang : perasaannya halus...penuh cinta
kasih
kalo cowok jelek penyayang binatang
cewek2 bilang : sesama keluarga emang harus
saling menyayangi...
kalo cowok ganteng bawa BMW
cewek2 bilang : matching...keren luar dalem
kalo cowok jelek bawa BMW
cewek2 bilang : mas majikannya mana?...
kalo cowok ganteng males difoto
cewek2 bilang : pasti takut fotonya kesebar-sebar
kalo cowok jelek males difoto
cewek2 bilang : nggak tega ngeliat hasil
cetakannya ya?...
kalo cowok ganteng naek motor gede
cewek2 bilang : wah kayak lorenzo lamas...bikin
lemas...
kalo cowok jelek naek motor gede
cewek2 bilang : awas!! mandragade lewat...
kalo cowok ganteng nuangin air ke gelas cewek
cewek2 bilang : ini baru cowok gentlemen
kalo cowok jelek nuangin air ke gelas cewek
cewek2 bilang : naluri pembantu, emang gitu...
kalo cowok ganteng bersedih hati
cewek2 bilang : let me be your shoulder to cry on
kalo cowok2 jelek bersedih hati
cewek2 bilang : cengeng amat!!...laki-laki bukan
sih?
Kalo cowok ganteng baca e-mail ini langsung
ngaca sambil senyum2 kecil, lalu berkata "life is
beautifull"
kalo cowok jelek baca e-mail ini, Frustasi, ngambil
tali jemuran, trus triak sekeras-kerasnya "HIDUP
INI KEJAAAAMMM....!!!"
Label: cerita lucu
Seorang teknisi muda dan Manajernya melakukan perjalanan dengan kereta api. Mereka tidak mendapatkan tempat duduk yang kosong kecuali dua tempat duduk yang saling berhadapan dengan seorang wanita muda dan neneknya. Beberapa saat kemudian, ternyata wanita muda dan teknisi muda ini saling tertarik satu sama lain, mereka beberapa kali saling memandang. Kemudian kereta api melewati sebuah terowongan, situasi menjadi gelap. Ada suara orang berciuman diikuti dengan suara tamparan. Ketika kereta telah keluar dari terowongan, keempat orang dalam deretan kursi itu menjadi diam,dan masing-masing memikirkan apa yang terjadi.
Si nenek berpikir, Anak muda ini sangat kurang ajar telah berani mencium cucuku. Tapi saya senang, cucuku telah menamparnya .
Sang manajer berpikir, Saya tidak menyangka teknisi saya ini sangat berani mencium gadis ini. Tapi saya berharap gadis ini tahu bahwa dia telah salah menampar orang.
Lalu si gadis muda juga berpikir, Saya senang, pria di depan saya mencium saya tapi saya lebih senang kalau nenek tidak menamparnya.
Teknisi muda, satu-satunya orang yang diam tersenyum, berkata dalam hatinya, Hidup ini indah, dan betapa beruntungnya saya. Siapa sih, yang bisa mendapatkan kesempatan mencium cewek cantik sambil menampar manajernya pada waktu yang bersamaan ?
Label: cerita lucu
Cinta: Ketika hati berdetak setiap Anda mendengarnya
Nafsu: Ketika darah menggelegak setiap Anda memperhatikannya
Nikah: Ketika dompet selalu kosong ketika Anda melihatnya
Cinta: Ketika lagu di radio menggambarkan seluruh perasaan Anda
Nafsu: Ketika lagu di radio menerangkan bagaimana caranya
Nikah: Ketika Anda merasa ada radio berisik di samping Anda
Cinta: Ketika berpisah tidak pernah terlintas dalam benak Anda
Nafsu: Ketika menikah tidak pernah terlintas dalam benak Anda
Nikah: Ketika segera melewati hari selalu ada di benak Anda
Cinta: Ketika Anda bangga terlihat berdua di mana saja
Nafsu: Ketika Anda hanya ingin melihat pasangan Anda telanjang
Nikah: Ketika Anda tidak pernah saling melihat di saat bangun pagi
Cinta: Ketika perhatian Anda hanyalah perasaan pasangan Anda
Nafsu: Ketika perhatian Anda hanyalah ruangan dengan cermin di-mana²
Nikah: Ketika perhatian Anda tinggal apa acara TV nanti malam
Cinta: Ketika Anda saling menulis puisi cinta
Nafsu: Ketika Anda saling menulis nomor telepon
Nikah: Ketika yang Anda tulis hanya check
Cinta: Ketika Anda menelpon hanya untuk mengatakan "Hai"
Nafsu: Ketika Anda menelpon untuk memesan kamar di Hotel X
Nikah: Ketika Anda menelpon untuk saling menyalahkan
Cinta: Ketika Anda saling berbagi apa saja yang dimiliki
Nafsu: Ketika Anda mencuri apa saja yang dimiliki bersama
Nikah: Ketika akhirnya bank memiliki apa saja yang Anda berdua miliki
Cinta: Ketika dua mata saling bertaut di keramaian
Nafsu: Ketika dua bibir saling bertaut di keramaian
Nikah: Ketika Anda berusaha lari dari pasangan Anda di keramaian
Label: cerita lucu
Pada jaman dahulu kala di sebuah kerajaan nikotin yang bernama CIGARILOS, hiduplah seorang raja bernama MINAK DJINGGO. Raja yang memimpin dengan adil dan bijaksana ini mempunyai seorang putri yg cantik jelita, namanya "Sri Wedari ".
Suatu ketika putri sedang bermain di LONG BEACH, tiba-tiba datanglah segerombolan koboi MARLBORO di bawah pimpinan Mr.BROWN. Koboi-koboi itu lalu menculik sang putri. Beberapa waktu kemudian sang raja menerima surat ancaman dari sang koboi yang isinya: "Wahai raja,kalau putrimu ingin selamat, anda harus menebus dengan uang sebesar " 555 " juta US $.
Kami tunggu anda di GUDANG GARAM negeri KANSAS. Jika anda tidak mau memenuhi permintaanku, maka kami akan menusuk putrimu dengan DJARUM SUPER sampai BENTOEL BENTOEL sakit!!! Rajapun menjadi geram, sehingga diadakanlah sayembara untuk mencari pendekar yang dapat menyelamatkan sang putri.
Singkat cerita terpilihlah pendekar SAMPOERNA dengan senjata pamungkasnya GENTONG!!! Sang pendekar rupanya pernah berguru dengan seorang suhu dari negeri Tiongkok, bernama DJIE SAM SOE dan dia mempunyai PRINSIP "kalau bisa nomor 1 buat apa 2,3,4. Sang pendekarpun pergi menyeberangi lautan dengan kapal U.S.S KENNEDY dengan nakhodanya MARCOPOLO menuju medan laga untuk menyelamatkan sang putri. Sebelum berangkat sang pendekar mohon pamit "WISMILAK suhu" kata sang pendekar. Dijawab oleh suhu "Get lucky muridku". Sang rajapun berucap untuk sang pendekar "Losta Masta".
Dengan mengendarai MUSTANG serta semangat kepahlawanan yang besar di bukit DUNHILL akhirnya sang pendekar berhasil menyelamatkan sang putri. Raja sangat gembira dan kemudian diadakanlah pesta semalam suntuk di restaurant LA LIGHT. Pada saat makan malam berlangsung sang raja menghampiri sang pendekar yang sedang murung. Raja berkata, wahai pendekar, ini Bukan Basa Basi Lho !!!, pesta ini diadakan khusus untuk merayakan kegagah beranian anda, mengapa malah murung ??? bukankah pendekar pernah bilang "Asyiknya rame-rame !!!"
Pendekarpun menjawab "Pria Punya Selera".
Lalu apa maumu, tanya sang raja. Dijawab oleh sang pangeran "Minta Krisdayanti Dong !!!".
Label: cerita lucu
Ki Gendheng Pamungkas komat-kamit membaca mantera
sambil menyembelih seekor kambing, ular, dan burung gagak
dengan penuh percaya diri darah yang mengucur diusap ke wajah
disaksikan warga dan puluhan wartawan media masa.
Masih dengan komat-kamit ritual menyantet si Bush berlanjut
meski sarananya kurang, karena untuk menyantet biasanya harus
mendapatkan beberapa helai rambut atau kuku calon korban
tapi Ki Gendheng Pamungkas tetap yakin santetnya akan berhasil.
Si Bushpun datang juga akhirnya
dengan penuh percaya diri ketika turun dari pesawat
bahkan melompat ketika turun dari Limousin
tanpa kuatir sedikitpun akan santet yang akan menyerangnya.
Kita semua terpana, santet Ki Gendheng tidak mempan ....
Seorang presenter cantik berhasil mendekati pengawal pribadi si Bush
dan bertanya 'mengapa presiden Anda begitu PD
bahwa santet tidak akan mengenainya? '
sambil tersenyum pengawal pribadi si Bush berbisik
'Kalian orang Indonesia memang aneh, Setan kok di santet .....' katanya.
Label: cerita lucu
Alkisah, seorang sopir asal jawa lagi nyetirin boss bule Amrik, kebetulan lagi sial. Mobilnya nyodok kendaraan di depannya karena mendadak berhenti. Dengan ter-bata2 ia minta maaf kepada si boss: "Sorry Sir, I brake brake, do not eat. After I Check, the wheel no flower gain". (maaf pak saya rem-rem nggak makan, setelah saya cek rodanya nggak ada kembangannya lagi). Begitu si Boss mau ikutan ribut sama yg ditabrak, dia bilang, "Don't follow mix Sir! the bring that car if not wrong is the children fruit from manager moneys, he stupid doesn't play! let know taste" (nggak usah ikut campur pak, yang bawa mobil itu kalo nggak salah anak buah dari manajer keuangan, dia memang goblok bukan main, biar tahu rasa).
Besoknya si supir gak masuk kerja, terus pas lusanya dia masuk si boss bule nanya: "why you're not coming?" Jawab si supir: "I am sorry boss, my body is not delicious, my body taste like enter the wind". (maaf boss badan saya tidak enak, badan saya rasanya seperti masuk angin). "I really don't know whats your point!", kata bossnya. "yes how yes?.... I am alone migrain Sir will how the speak , but yes already, how many-how many, people Java can speak England..." jawabnya. (serius ya .. gimana ya?... saya sendiri puyeng Pak mau bagaimana ngomongnya, tapi yo uwis lah.. piro-piro wong jowo iso ngomong Inggris).
Label: cerita lucu
Perdana Menteri Jepang, Abe, berkunjung ke Indonesia. Di pelabuhan udara, Presiden Suharto menyambutnya gembira, kemudian duduk bersama di dalam mobil kehormatan. Selama di perjalanan, dengan bangga Suharto menunjuk kepada ribuan orang yang berdiri di pinggir jalan, yang telah
dipersiapkan sebelumnya, sambil mengibar-ngibarkan bendera Jepang dan Indonesia.
Tapi Shintaro Abe mengerutkan keningnya. "Banyak sekali pengangguran di negara Anda," kata Abe, "Di negara kami tak seorang pun mau membuang-buang waktunya seperti itu. Mereka bekerja, dan tak punya waktu berdiri di pinggir jalan."
Mendongkol hati Suharto mendengarkannya. Begitu Abe pulang,ia menyusun rencana untuk berkunjung ke Jepang, ingin membuktikan apakah benar tak ada pengangguran di Jepang. Beberapa hari kemudian, Suharto dan rombongan tiba di Jepang. Shintaro Abe menyambutnya di pelabuhan udara dan bersama-sama menuju istana negara.
Di sepanjang jalan, tak seorangpun yang berdiri di pinggir jalan menyambut mereka. "Anda lihat," celetuk Abe, "Tak ada yang menganggur."
Keesokan harinya, Suharto bersama ajudannya mengelilingi kota Tokyo. Tak seorang pun
penganggur yang mereka temui. Setelah beberapa hari mencari dengan sia-sia, akhirnya mereka bermaksud pulang kembali ke Indonesia. Dengan ditemani Abe mereka menuju pelabuhan udara. Tiba-tiba, tampak seorang lelaki duduk termenung di pinggir jalan.
"Itu dia!" teriak Suharto, "Kita berhasil menemukannya seorang!" Dia menyuruh ajudannya menghampiri orang tersebut. Tak lama kemudian ajudannya kembali sambil berlari-lari. "Bukan, bukan!" teriaknya, "Dia duta besar kita untuk Jepang!"
Label: cerita lucu
Sudah dengar kabar dari Hasil galian situs Batutulis di Bogor ?
Nah ini ada laporan yang mengatakan bahwa pada saat menggali ditemukan guci dan guci tersebut sempat diteliti oleh arkeolog dan ketika guci tersebut dibuka ternyata didalamnya terdapat daun lontar dengan tulisa bahasa kawi sehingga diperlukan orang yang mengerti bahasa kawi untuk menterjemahkannya. Setelah didapat ahli bahasa kawi maka tulisan pada daun lontar itu pun bisa di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Ternyata bunyinya…
ANDA BELUM BERUNTUNG!!!
Label: cerita lucu
Suatu hari Bush jalan-jalan ke indonesia, terus dia nglihat penjual gado-gado. Maka pengawalnya segera memesankan sebungkus gado-gado.
Bush : Apa ini?
Pengawal :Itu daun singkong, dan yang itu daun ubi
Bush :kalo itu ?
Pengawal :itu bayam.
Lalu Bush makan daun itu, lalu tak lama kemudian marah-marah kepada pengawalnya
Bush :Hei kamu ini tidak enak, "it's bad food"
Pengawal : Oh... pantes itu kan daun pembungkus. Dasar loe!!!
Bush :??????
Label: cerita lucu
Di akhirat seorang malaikat penjaga ingin menyeleksi tiga orang perempuan yang ingin masuk surga.
Perempuan pertama ia selalu bertindak benar, ia tidak pernah bertindak asusila lalu malaikat memberinya kunci emas.
Perempuan ke dua ia pernah berbuat asusila beberapa kali tetapi ia sudah bertobat lalu ia diberi kunci perak oleh malaikat penjaga.
Lalu perempuan ke tiga ia selalu kumpul kebo, melakukan sex bebas, memakai narkoba lalu perempuan itu diberi kunci kamar sang malaikat.
Label: cerita lucu
Ini ada cerita tentang tiga anak kecil (kecil banget, belum sekolah deh) yang lagi asyik ngobrol di sebuah bis kota. Ternyata mereka lagi bangga -banggaan bisa dipanggil dengan sebutan yang lebih tua.
A : "eh gue dong pernah di panggil 'mas'."
B & C : "waah hebat juga lo, kapan tuh ...?"
A : "waktu gue lagi di rumah eh ada tamu datang dia nanya sama gue, ma'af 'mas' bisa bertemu dengan ibu Mariana? "
Ciee si A ini bangga sekali...bisa dipanggil dengan sebutan 'mas'nya.
nggak lama si B cerita juga, nggak mau kalah.
B : "aah, gue juga pernah waktu itu dipanggil 'pak' sama orang"
A & C : "waah....lebih hebat nih,....kapan tuh ???"
B : "waktu gue lagi diri di pinggir jalan, eh ada orang nanya ke gue sambil bawa-bawa kertas, 'Pak' tahu alamat ini enggak ????"
Taela, ternyata si B nggak mau kalah sama si A , dia bisa dipanggil lebih tua juga. Bis terus melaju, si C mikir nggak abis-abis.
Dia bingung soalnya dia belum pernah dipanggil lebih tua. Nggak lama dia ngomong juga deh.
C : "aaaah, gue juga pernah dong kalo gitu di panggil 'kakek'."
A & C : ( Kagum ) " gilla....dipanggil 'kakek' ????? kapan tuh ??"
C : "yaaah, waktu di bis juga sih, gue kan lagi duduk eh terus ada orang yang naik mau duduk juga, dia bilang sama gue 'GESERAN DIKIT 'KEK' !!!!"
Label: cerita lucu
Pada suatu hari seorang tuorist pergi ke kebun binatang Gembiraloka bersama tourguide. Mereka berjalan dan mengamati binatang satu-persatu sambil ngobrol.
Tourist : binatang apa ini yang hidungnya panjang?
Tourguide : ini gajah tuan.
Tourist : kok gajah di sini kecil ya, di negaraku gajah besar sekali
Tourist : kalo yang itu binatang apa yang lehernya panjang?
Tourguide : yang itu jerapah tuan.
Tourist : jerapah juga kecil ya di sini, di negaraku jerapah besar sekali
Tourist : kalo yang bergelantungan di pohon itu binatang apa?
Tourguide : ooo...itu monyet tuan.
Touris : wah...ternyata binatang di sini semua kecil-kecil ya...kalo di negaraku binatang besar-besar
Akhirnya si Tourguidenya pun kesal, dan sampailah mereka di tempat buaya.
Tourist : (dengan PDnya) Yang ini pasti buaya.
Tourguide : bukan tuan...., yang ini anak Cicak......
Tourist :~!@#$%^*%^^*()*)+)?????
Karena udah kecape'an dan merasa lapar mereka berdua masuk ke warung dan memesan nasi sama sayur rebung. Sambil makan mereka asik ngobrol.
Tourist : wah...sayurnya enak sekali, di negaraku ngga' ada sayur seperti ini, sayur apa ini namanya?
Tourguide : ini namanya sayur rebung tuan
Tourist : apa itu rebung?
Tourguide : rebung itu Bambu muda tuan
Tourist : wah......yang muda aja enak apalagi yang tua......
Tourguide : @$%@$%$*^????( dalam hati, sok PD lu ! )
Label: cerita lucu
Pada suatu hari, Kardiman kecil sedang mandi bareng ibunya, Bu Mukidi. Kemudian dia bertanya sama mamanya, "Ma, apaan tuh yang ada di dada mama?" Bingung menjawab, sang ibu bilang, "Tanya saja sama papamu besok waktu sarapan..." (dengan harapan si kardiman lupa).
Keesokan harinya ketika sedang sarapan bareng bapaknya pak Mukidi, kardiman ternyata ndak lupa dan bertanya " Pa! Papa tau ndak benda apa yang ada di dada mama?"
Papanya walaupun bingung cepat menjawab "Ooh...itu balon, sayang, nanti kalo mama meninggal, kita bisa meniupnya supaya mamamu bisa terbang ke surga." Kardiman mengangguk-angguk mengerti.
Beberapa minggu kemudian, pak Mukidi pulang lebih awal dari kantor, dan di depan rumah melihat anaknya Kardiman lari ke arahnya sambil menangis.
"Papa..Papa! Mama mau meninggal.." Setelah menenangkan anaknya, pak Mukidi bertanya "Mengapa kau mengira mama mau meninggal?" Anaknya menjawab "Tadi om Mukijan sedang meniup balon mama, dan mama berteriak 'oohh Tuhann!!! ayo terus, aku hampir sampai..!'"
Label: cerita lucu
Seorang mahasiswa sedang mengadakan studi lapangan dan mewawancarai seorang peternak ayam.
Mahasiswa : "Makanan apa yang Bapak berikan untuk ayam-ayam Bapak?."
Peternak : "Yang mana dik, yang putih atau yang hitam?"
Mahasiswa : "Yang putih."
Peternak : "Campuran dedak,jagung dan beberapa bahan lainnya."
Mahasiswa : "Kalau yang hitam?"
Peternak : "Yang hitam juga ..."
Mahasiswa : "Berapa banyak makanan mereka per hari?"
Peternak : "Yang mana, yang putih atau yang hitam?"
Mahasiswa : "Yang putih..."
Peternak : "Kurang lebih 2 ons per ekor per hari."
Mahasiswa : "Kalau yang hitam."
Peternak : "Yang hitam juga ..."
Mahasiswa : "Berapa telur yang dihasilkan per tahun?"
Peternak : "Yang mana, putih atau hitam?"
Mahasiswa : "Yang putih..."
Peternak : "Rata-rata 250 butir per tahun per ekor."
Mahasiswa : "Kalau yang hitam..."
Peternak : "Yang hitam juga."
Mahasiswa : "Maaf Pak, kenapa sih Bapak selalu menanyakan yang putih atau hitam, padahal jawabannya selalu sama?"
Peternak : "Tentu saya harus membedakannya, karena yang putih itu milik saya sendiri."
Mahasiswa : "Ooo..begitu, kalau yang hitam?"
Peternak : "Yang hitam juga."
Label: cerita lucu
Ada 4 cowok di kamar ganti pria sebuah fitnes centre yang beken, lagi asyik-asyiknya mereka mengganti pakaian,tiba-tiba terdengar deringan HP di bangku panjang dekat mereka, seorang mengambil HP dan menjawab, terdengar percakapan sbb:
Pria : hallo .. ?
HP : hallo mas.. ini aku... Mas di fitness centre khan.. ?
Pria : ya .. ada apa .. ?
HP : Mas.. aku di Taman Anggrek Mall.. trus aku ngeliat jaket bulu yang bagus di etalase dan harganya cuma Rp 750.000,boleh nggak beli? boleh ya?
Pria : iya deh.. ambil.. tapi jangan lupa kuitansinya.. ya!
HP : kebetulan ada pameran Honda CRV di lantai dasar .. itu lho yang terbaru yang ada di koran tadi pagi ....
Pria : harganya berapa.. ?
HP : nggak mahal kog.. cuma Rp. 380-an juta.. pengin nggak.. ?
Pria : ya .. udah ambil deh.. tapi jangan lupa kuitansinya.. ok ?
HP : sebentar.. jangan ditutup dulu.. itu lho Mas..tahu khan, Apartemen Taman Anggrek yang di lantai 18, ... yang 3 kamar. katanya mo dijual.. dan lagi murah-murahnya.. khan Mas juga suka sama itu apartemen
Pria : harganya berapa.. ?
HP : nggak mahal kog.. cuma Rp.850 juta.. ambil nggak..?
Pria : tawar dong.. kalo bisa jangan lebih dari 700 juta..
HP : iya deh.. oke Mas.. makasih banyak lho.. aku sayang Mas...
Pria : Mas juga .. dah ..
Setelah pembicaraan, pria itu bertanya ke semua pria yang ada di dalam.
Pria : ada yang tahu, HP ini punya siapa yaah?
Label: cerita lucu
Ada tiga orang pengusaha dari Indonesia, Amerika Serikat dan Jepang datang bersamaan ke gerbang akhirat.
Malaikat penjaga mendatangi mereka dan berkata : bahwa gerbang surga butuh perbaikan.
Sang malaikat menanyakan penawaran harga dari masing-masing kontraktor :
Kontraktor pertama dari Amerika Serikat memperkirakan biaya perbaikan gerbang surga berkisar 300 dollar.
Sang malaikat menanyakan perinciannya.
Si kontraktor bilang, 100 dollar untuk bahan material, 100 dollar
untuk buruh dan 100 dollar untuk keuntungannya.
Kontraktor kedua, dari Jepang bilang butuh biaya 600 dollar.
Dengan perincian, masing-masing 200 dollar untuk material, buruh dan keuntungan.
Ketika si kontraktor ketiga dari Indonesia ditanya, berapa biaya perbaikan gerbang, si kontraktor Indonesia berkata 5600 dollar. Sang malaikat langsung kaget dan minta perinciannya.
Si kontraktor dengan tenang mendekati malaikat dan berbisik : " Psstt...2500 dollar buat kamu, 2500 dollar buat aku dan sisanya suruh di Jepang yang ngerjain "
Label: cerita lucu
Pentagon membayangkan jika AS terpaksa harus menyerang Indonesia berapa kerugian yang harus di pikul pihak AS dan berapa keuntungan pihak Indonesia dari kehadiran tentara AS di sana.
Begitu memasuki perairan dataran indonesia, mereka akan di hadang pihak bea cukai karena membawa masuk senjata api dan senjata tajam serta peralatan perang tanpa surat izin dari pemerintah RI. Ini berarti mereka harus menyediakan "Uang Damai", coba hitung berapa besarnya jika bawaanya sedemikian banyak.
Kemudian mereka mendirikan Base camp militer , bisa di tebak di sekitas base camp pasti akan di kelilingi oleh penjual Bakso, Fried Chicken Gerobakan, Tukang Es kelapa, tukang semir sepatu, lapak VCD bajakan, sampai obral pakaian Rp. 10000 3 Pcs. Belum lagi para pengusaha komedi puter bakal ikut mangkal di sekitar base camp juga.
Kemudian kendaraan-kendaraan tempur serta tank-tank lapis baja yang di parkir dekat base camp akan di kenakan retribusi parkir oleh petugas dari dinas perpakiran daerah. Jika dua jam pertama perkendaraan dikenakan Rp. 10.000,- (maklum tarif orang bule), berapa yang harus di bayar AS kalau kendaraan & tank harus parkir selama sebulan. Sepanjang jalan ke lokasi base camp pasukan AS harus menghadapi para Mr.Cepek yang berlagak memperbaiki jalan sambil memungut biaya bagi kendaraan yang melewati jalan tersebut. Dan jika kendaran tempur dan tank harus membelok atau melewati pertigaan mereka harus menyiapkan recehan untuk para Mr. Cepek.
Suatu kerepotan besar bagi rombongan pasukan jika harus berkonvoi, karena konvoi yang berjalan lambat pasti akan di hampiri para pengamen, pengemis dan anak-anak jalanan, ini berarti harus mengeluarkan recehan lagi. Belum lagi jika di jalan bertemu polisi yang sedang bokek, udah pasti kena semprit kerena konvoi tanpa izin. Bayangkan berapa uang damai yang harus dikeluarkan. Di base camp militer, tentara AS sudah pasti nggak bisa tidur, karena nyamuknya yah ampun gede-gede kayak vampire. Malam hari di hutan yang sepi mereka akan di kunjungi para wanita yang tertawa dan menangis. Harusnya mereka senang karena bisa berkencan dengan wanita ini tapi kesenangan tersebut akan sirna begitu melihat para wanita ini punya bolong besar di punggungnya.
Pagi harinya mereka tidak bisa mandi karena di sungai banyak di lalui "Rudal Kuning" yang di tembakkan penduduk setempat dari "Flying helicopter" alias wc terapung di atas sungai. Pasukan AS juga tidak bisa jauh jauh dari peralatan perangnya, karena di sekitar base camp sudah mengintai pedagang besi loakan yang siap mempereteli peralatan perang canggih yang mereka bawa. Meleng sedikit saja tank canggih mereka bakal siap dikiloin. Belum lagi para curanmor yang siap beraksi dengan kunci T-nya siap merebut jip-jip perang mereka yang kalau di dempul dan cat ulang bisa di jual mahal ke anak-anak orang kaya yang pengen gaya-gayaan. Dan yang lebih menyedihkan lagi badan pasukan AS akan jamuran karena tidak bisa berganti pakaian. Kalau berani nekat menjemur pakaiannya dan meleng sedikit saja, besok pakaian mereka sudah mejeng di pasar jatinegara di lapak-lapak pakaian bekas. Peralatan telekomunikasi mereka juga harus di jaga ketat, karena para bandit kapak merah sudah mengincar peralatan canggih itu.
Dan mereka juga harus membayar sewa tanah yang di gunakan untuk base camp kepada haji Husin, haji Mamat, dan engkong Jai' para pemilik tanah. Di samping itu mereka juga harus minta izin kepada RT/ RW dan kelurahan setempat, berapa meja yang harus di lalui dan berapa banyak dana yang harus di siapkan untuk meng-Amplopi pejabat-pejabat ini. Para komandan di pasukan AS ini juga akan kena tugas tambahan mengawasi para prajuritnya yang banyak menyelinap keluar base camp buat nonton dangdut di RW 06, katanya ada Inul di sana. Selain itu mereka juga harus membeli sejumlah masker karena kekhawatiran mereka terhadap SARS di Indonesia.
Membayangkan semua kerugian ini semua akhinya Bush memutuskan TIDAK AKAN MENYERANG INDONESIA .....
Label: cerita lucu
Suatu team Pentagon, dipimpin Paul Wolfowitz,
menghitung-hitung jika AS terpaksa harus menyerang
Indonesia, berapa kerugian yang harus
dipikul pihak AS dan berapa keuntungan pihak Indonesia
dari kehadiran tentara AS di bumi Indonesia.
Begitu memasuki wilayah pabean Indonesia, mereka akan
dihadang pihak aparat Bea dan Cukai karena membawa
masuk senjata api dan senjata tajam serta peralatan
perang tanpa dokumen yang benar. Ini berarti
mereka harus menyediakan "uang damai".
Coba hitung berapa besarnya jika bawaannya sedemikian
banyak.
Kemudian ketika mereka mendirikan base camp militer,
bisa ditebak di sekitar base camp pasti akan
dikelilingi oleh penjual bakso, tukang es kelapa,
lapak VCD bajakan, sampai obral cel-dam Rp.10.000,- /
3 pcs.
Belum lagi para pengusaha komedi puter bakal ikut juga
mangkal di sekitar base camp.
Kemudian tank-tank dan kendaraan-kendaraan tempur
lapis baja yang diparkir dekat base camp akan
dikenakan retribusi parkir oleh petugas dari dinas
perpakiran daerah.
Jika dua jam pertama per kendaraan dikenakan
Rp.10.000,- (maklum tarif orang bule), berapa yang
harus di bayar AS kalau tanks dan armoured cars harus
parkir selama sebulan.
Sepanjang jalan ke lokasi base camp pasukan AS harus
menghadapi para Mr. Cepek yang berlagak memperbaiki
jalan sambil memungut biaya bagi kendaraan yang
melewati jalan tersebut.
Dan jika tanks dan armoured cars yang besar dan
panjang itu harus membelok atau melewati pertigaan
atau berselisih-lalu di jalan sempit, mereka harus
menyiapkan recehan lagi untuk para Mr. Cepek.
Suatu kerepotan besar bagi rombongan pasukan AS jika
harus berkonvoi,karena antrean kendaraan yang berjalan
lambat pasti akan dihampiri para pengamen, pengemis
dan anak-anak jalanan, ini berarti harus
mengeluarkan recehan lagi.
Belum lagi jika di jalan bertemu polisi yang sedang
bokek, udah pasti kena semprit kerena konvoi tanpa
izin.
Bayangkan berapa uang damai yang harus dikeluarkan.
Di base camp militer, tentara AS sudah pasti nggak
bisa tidur, karena nyamuknya masya Allah, gede-gede
kayak vampire.
Malam hari di hutan yang sepi mereka akan dikunjungi
wanita-wanita yang tertawa dan menangis.
Harusnya mereka senang karena bisa R & R dengan para
wanita itu, seperti kebiasaannya di Bangkok, tapi
bayangan kesenangan tersebut akan sirna begitu melihat
para wanita ini punya bolong besar di punggungnya.
Pagi harinya mereka tidak bisa mandi karena sungai
dekat base camp dilalui "rudal kuning" yang
ditembakkan penduduk setempat dari "hovering boxes" di
atas sungai.
Pasukan AS juga tidak bisa jauh-jauh dari peralatan
perangnya, karena di sekitar base camp sudah mengintai
pedagang besi loakan yang siap mempreteli peralatan
perang canggih yang mereka bawa.
Meleng sedikit saja tank canggih mereka bakal siap
dikiloin. Belum lagi para curanmor yang siap beraksi
dengan kunci T-nya membawa kabur jip-jip Humvee
mereka, yang kalau didempul dan cat ulang bisa dijual
mahal ke anak-anak orang kaya yang pengen gaya-gayaan.
Dan yang lebih menyedihkan lagi, badan pasukan AS akan
kudisan karena tidak bisa berganti pakaian.
Kalau berani nekat menjemur pakaiannya dan meleng
sedikit saja, besok pakaian army-look-padang-pasir
mereka sudah mejeng di pasar Jatayu, Bandung atau
Jatinegara, Jakarta, di lapak-lapak pakaian bekas.
Peralatan telekomunikasi mereka juga harus dijaga
ketat, karena para bandit kapak merah yang biasa
mengincar handphone, kali ini akan lebih
napsu lagi melihat telepon satelit canggih yang dibawa
serdadu AS itu.
Dan mereka juga harus membayar sewa tanah yang
digunakan untuk base camp kepada haji Husin, haji
Mamat, dan engkong Jai', para juragan kaveling.
Di samping itu mereka juga harus minta izin kepada RT,
RW dan kelurahan setempat.
Berapa meja yang harus dilalui dan berapa banyak dana
yang harus disiapkan untuk meng-amplop-i
pejabat-pejabat ini.
Para komandan pasukan AS juga akan kena tugas tambahan
mengawasi para prajuritnya yang banyak menyelinap
keluar base camp buat nonton dangdut di RW-06, katanya
ada Inul di sana.
Membayangkan ini semua, akhinya Donald Rumsfeld
memutuskan TIDAK AKAN MENYERBU KE INDONESIA !!!
Label: cerita lucu
Seorang pria dan seorang wanita mengendarai mobilnya masing-masing dengan kecepatan yang sangat tinggi, terjadilah tabrakan antara keduanya. Mobil mereka hancur, tetapi ternyata keduanya selamat dan tidak terluka.
Keduanya berjuang keras keluar dari mobil, kemudian mereka saling menyapa. Kata si wanita :"wah, ternyata anda seorang pria yang menarik. Mobil kita hancur dan tidak terselamatkan, tapi untungnya kita tidak terluka. Mungkin ini adalah pertanda yang baik dari Tuhan bahwa kita harus bertemu, berteman, dan hidup bersama dalam kedamaian untuk sisa hidup kita".
Sang pria menjawab : "Ya, saya setuju dengan anda, ini pasti pertanda baik dari Tuhan". Kemudian wanita itu berkata : "Lihat ! Ada keajaiban yang lain lagi, mobil saya hancur tetapi botol anggur tidak pecah, masih utuh. Pasti Tuhan menginginkan kita minum anggur ini untuk merayakan keselamatan kita".
Botol anggur itu diulurkannya dan dibuka oleh pria itu. Karena masih agak trauma dengan kecelakaan itu, sang pria meminumnya sampai setengah botol, lalu dikembalikan lagi kepada wanita itu.
Tetapi wanita itu tidak meminumnya, malah botol anggur itu ditutup dan disimpannya. Sang pria bertanya :" Apa kamu masih punya anggur yang lainnya ?". Dengan kalemnya, wanita itu menjawab : "O, tidak, saya sedang menunggu polisi datang kesini". ......
Label: cerita lucu
Suatu sore hari di perkampungan indian suku apache di Amerika ada kakek dan cucunya yang tengah bercengkrama. Cuplikan pembicaraannya antara lain..
Cucu : "Kek kenapa sih kakek namanya elang putih?"
Kakek : "O itu ketika kakek masih dalam kandungan, ayah kakek berhasil memanah elang putih yang sedang terbang sehingga untuk mengenangnya kakek diberinama Si Elang Putih."
Cucu : "Terus kenapa ayah diberi nama beruang hitam?"
Kakek : "O itu dulu waktu ayahmu dalam kandungan, kakek berhasil mengalahkan seekor beruang hitam yang sedang mengamuk sehingga untuk mengabadikan peristiwa itu ayahmu kuberi nama Si Beruang Hitam."
Cucu : "O, begitu kek....."
Kakek : "Iya...jadi ceritanya memang begitu, tapi kenapa engkau tanyakan itu Kondom Bocor?"
Label: cerita lucu
Daun bergamit berpaling muka
mengambang tenang di laut cahaya
tunduk mengurai surai terurai
kelapa lampai melambai bidai.
nyala pelita menguntum melati
gelanggang sinar mengembang lemah
angin mengusap menyeyang pipi
balik-berbalik menyerah-yerah.
Air mengalir mengilau-sinau
riak bergulung pecah memecah
nagasari keluar meninjau
membanding purnama di langit cerah.
Lepas rangkum pandan wangi
terserak harum pemuja rama
hinggap mendakap kupu berahi
berbuai-buai terlayang lena
Adikku sayang berpangku guring
rambutmu tuan kusut melipu
aduh bahagia bunga kemuning
diri dihimpit kucupan rindu.
Amir Hamzah
Label: Amir Hamzah, sajak, syair, syair puisi
Oleh :Ajip Rosidi
Di bawah langit yang sama
manusia macam dua : Yang diperah
dan setiap saat mesti rela
mengurbankan nyawa, bagai kerbau
yang kalau sudah tak bisa dipekerjakan, dihalau
ke pembantaian, tak boleh kendati menguak
atau cemeti'kan mendera;
dibedakan dari para dewa
malaikat pencabut nyawa, yang bertuhan
pada kemewahan dan nafsu
yang bagai lautan : Tak tentu dalam dan luasnya
menderu dan bergelombang
sepanjang masa
Di atas bumi yang sama
Manusia macam dua : Yang menyediakan tenaga
tak mengenal malam dan siang,
mendaki gunung, menuruni jurang
tak boleh mengenal sakit dan lelah
bagai rerongkong-rerongkong bernyawa selalu digiring
kalau bukan di kubur tak diperkenankan sejenak pun berbaring
dipisahkan dari manusia-manusia pilihan
yang mengangkat diri-sendiri dan menobatkan
ipar, mertua, saudara, menantu dan sahabat
menjadi orang-orang terhormat dan keramat
yang ludah serta keringatnya
memberi berkat
Di atas bumi yang kaya
manusia mendambakan hidup sejahtera
Di atas bumi yang diberkahi Tuhan
Manusia memimpikan keadilan
Label: Ajip Rosidi, sajak, syair, syair puisi
Oleh :Ajip Rosidi
1
Adalah hijau pegunungan
Adalah biru lautan
Adalah hijau
Adalah biru
Langit dan hatiku
Adalah aku pucuk tatapan
Adalah pucuk
Adalah tatapan
Adalah pucuk senapan
Mengarah ke dadaku
2.
Hijau pegunungan biru lautan
Tiadalah harapan adalah ketakutan
Hijau pegunungan biru lautan
Tiadalah ketentraman adalah ancaman
Adalah karena cintaku
Adalah karena kucinta
Langit merah jalan berdebu
Rumah punah jalan terbuka
3.
Bunga tumbuh mawar biru
Kembang wera kembang jayanti
Tanah yang kujejak rindu
Kan kurangkum dalam hati
Label: Ajip Rosidi, sajak, syair, syair puisi
Oleh :Afrizal Malna
Mereka pernah berjalan dalam taman itu, membuat wortel, semangka, juga pepaya. tetapi aku buat juga ikan-ikan plastik, angsa-angsa kayu dari Bali, juga seorang presiden dari boneka di Afrika. Kemana saja kau bawa kolonialisme itu, dan kau beri nama : Jakarta 1945 yang terancam. Beri aku waktu, beri aku waktu, untuk berkuasa.
Kau lihat juga tema-tema berlepasan, dari Pulo gadung ke Sukarno Hatta, atau di Gambir : Jakarta 1957 yang risau. Sepatuku goyah di situ. Orang bicara tentang revolusi, konfrontasi Malaysia, Amerika dan Inggris dibenci pula. Sejarahku seperti anak-anak lahir, dari kapal kolonial yang terbakar. Mereka mencari tema-tema pembebasan, tetapi bukan ayam goreng dari Amerika, atau sampah dari Jerman.
Begitu saja aku pahami, seperti mendorong malam ke sebuah stasiun, membuka toko, bank dan hotel di situ pula. Kini aku huni kota-kota dengan televisi, penuh obat dan sikat gigi. Siapakah yang bisa membunuh ilmu pengetahuan siang ini, dari orang-orang yang tak tergantikan dengan apapun. Beri aku waktu, beri aku waktu, untuk kekuasaan. tetapi sepatuku goyah, menyimpan dirimu.
Mereka pernah masuki tema-tema itu, bendera terbakar, letusan di balik pintu, jerit tangis anak-anak, dan dansa-dansi di malam hari. Lalu : Siapakah yang mengusung tubuhmu , pada setiap kata............
Label: Afrizal Malna, sajak, syair, syair puisi
Oleh :Acep Zam-zam Noor
Kita melaju dalam rintik gerimis Yang menghapus semua alamat Dari ingatanku. Udara seperti berombak Sungai memantulkan gema Napasmu gemetar Di ranting-ranting poplar
Jembatan itu mengangakan rahang Menyeret musim Yang meluncurkan perahu Dalam cuaca dingin. Senja menjadi ajaib Di tengah kebisuanmu Dan redupnya angin
Ke sudut-sudut kafe Tak ada yang perlu dilabuhkan Kecuali jejak matahari. Sementara kau dan aku Mungkin tak akan mengubah arah sunyi Dengan mencari kehangatan Pada gelas dan ciuman
Label: Acep Zam-zam Noor, sajak, syair, syair puisi
Oleh :Acep Zamzam Noor
Kau yang diselubungi asap
Kau yang mengendap seperti candu
Kau yang bersenandung dari balik penjara
Tanganmu buntung karena menyentuh matahari
Sedang kakimu lumpuh
Aku mencintaimu
Dengan lambung yang perih
Pikiran yang dikacaukan harga susu
Pemogokan serta kerusuhan yang meletus
Di mana-mana. Darah dan airmataku tumpah
Seperti timah panas yang dikucurkan ke telingan
Kubayangkan tanganmu yang buntung serta kakimu
Yang lumpuh. Tanpa menunggu seorang pemimpin
Aku mereguk bensin dan menyemburkannya ke udara
Lalu bersama mereka akumelempari toko
Membakar pasar, gudang dan pabrik
Sebagai pernyataan cinta
Betapa menyedihkan mencintaimu tanpa kartu kredit
Tanpa kamar hotel atau jadwal penerbangan
Para serdadu berebut ingin menyelamatkan bumi
Dari gempa dahsyat. Kuda-kuda menerobos pagar besi
Anjing-anjing memercikkan api dari sorot matanya
Sementara aku melepaskan pakaian dan sepatu
Ternyata mencintaimu tak semudah turun ke jalan raya
Menentang penguasa atau memindahkan gunung berapi
ke tengah-tengah kota
Aku berjalan dengan membawa kayu di punggungku
Seperti kereta yang menyeret gerbong-gerbong kesedihan
Melintasi stasiun-stasiun yang sudah berganti nama
Kudengar bunyi rel yang pedih tengah menciptakan lagu
Gumpalan mendung meloloskan diri dari mataku
Menjadi halilintar yang meledakkan kemarahan
Pada tembok dan spanduk. Aku mencintaimu
Dengan mengerat lengan dan melubangi paru-paru
Aku mencintaimu dengan menghisap knalpot
Dan menelan butiran peluru
Wahai kau yang diselubungi asap
Wahai kau yang mengendap seperti candu
Wahai kau yang terus bersenandung meskipun sakit dan miskin
Wahai kau yang merindukan datangnya seorang pemimpin
Tunggulah aku yang akan segra menjemputmu
Dengan sebotol minuman keras
Label: Acep Zam-zam Noor, sajak, syair, syair puisi
Oleh :Acep Zam-zam Noor
Cahaya remang yang melumuri trotoar berbatu Menyentuh juga tiang-tiang lampu yang berukir indah Sepanjang jembatan itu. Seperti jemari senja yang lentik Cahaya merayapi tubuh jalanan, memanjati dinding-dinding pualam Lalu mengaburkan diri pada pusaran kabut yang berwarna:
Paris berkilauan dalam sebuah piramida kaca
Label: Acep Zam-zam Noor, sajak, syair, syair puisi
Oleh :Acep Zam-zam Noor
Ingin kulepaskan hasratku Ke pusat gairahmu Seperti peristiwa-peristiwa biasa Yang dikekalkan waktu Menjadi patung dan lukisan. Begitu pula jalan-jalan Kaki lima yang berliku Sungai besar Jembatan-jembatan tua Patung-patung serta lampu-lampunya
Sejak kulewati sebuah kastil dengan taman bunganya Kebun anggur tumbuh di dadaku Aku berjalan dengan lonceng di telinga Mendirikan menara bagi pendengaranku Lalu membayangkan sepasang air mancur Di kedua tanganku. Kumasuki semua butik dan museum Hingga aku menjadi sepatu di halaman toko buku angka-angka tahun berloncatan Hari-hari meloloskan diri Dari perangkap kesementaraan
Sungguh ingin kulekatkan gairahku Pada bunyi lonceng Katedralmu. Seperti adegan-adegan pertobatan Sepanjang dinding marmar yang kekal Atau dilumuri ambar dan kemiri -- Lalu aku berjalan sendiri Ke deretan bangku-bangku kosong itu Duduk, tersedu dan membusuk Bersama sajak-sajakku
Label: Acep Zam-zam Noor, sajak, syair, syair puisi
Oleh : Acep Zam-zam Noor
Aku masih digayuti kabut yang semalam melaju dalam tidurku Melewati petak-petak ladang, tangki air dan lengkung biru Pebukitan. Rumah-rumah kotak yang kecoklatan Jalan-jalan kecil yang melingkar serta sebuah sungai Yang berliku membelah perkampungan Semuanya bermuara di mataku
Ini masih awal musim semi, kureguk Hangatnya kopi serta bait-bait pendek Ungaretti Betapa angin telah menggemburkan permukaan tanah Dengan lidahnya. Topan mengkilapkan wajah bebatuan Sebuah lapangan kota lama yang lahir kembali Dengan katedralnya yang lain
Ini masih awal musim semi Semburat matahari menerobos kaca dan sayup-sayup Kudengar dengus pepohonan yang menahan getar birahi Akar-akarnya. Ladang-ladang menghamparkan tikar pandan Sungguh musim semi telah membangunkan tidur bumi Yang panjang. Ketika langit menguraikan rambut ikalnya Sebuah kastil putih muncul dari balik pebukitan Dengan air mancurnya yang menyemburkan kilatan cahaya
Label: Acep Zam-zam Noor, sajak, syair, syair puisi
Oleh : Acep Syahril
ida
hari ini orang-orang menuliskan sejarah
dengan genangan darah atau air mata
antara wangi nyawa dan tebaran kemboja
di situ hati nurani mereka berkumandang terang
seperti kilatan-kilatan mata pedang
kobaran amarah mulai membakar
segala dinding jiwa
kata-kata berubah jadi api yang menghanguskan
lapar dan ketertindasan
para penjarah yang dulu tertawa sekarang telah kembali dijarah
wajah mereka pucat kota-kota jadi satu warna
riuh dan gemetar
ida
jelanglah anak-anakmu yang bermain
di ladang dan pematang sawah kita
kabarkan pada mereka
kalau kekuasaan zalim di negeri ini
pasti akan mati
kabarkan juga pada marno
pengamen yang selalu dihina sebagai peminta-minta itu
atau pada kasini yang masih melontekan dirinya
karena perlakuan mereka yang pernah memiskinkan dirinya
bahwa pohon kejahatan yang mereka tanam
di pekarangan negeri ini sedang dicerabuti dari akarnya
bergalon-galon peluh saudaramu yang dulu beku
sebentar lagi akan cair mengalir
ke muara-muara penuh tuju
tapi jangan tinggalkan kampung halamanmu ida
tetaplah kau di sana sebab seluruh yang tumbuh
di sekitar rumah kita tetap bergizi
untuk menghidup-suburkan tubuh
dan sel syaraf pikir kita
sambil belajar tau tentang dunia atau
negeri ini yang nantinya akan berputar kencang
seperti panggalan
ida, tetaplah kau di sana
berdoa dan bermufakatlah kau dengan tuhan
ajarkan anak-anak dan tetanggamu untuk selalu
mengenal warna sejarah
agar mereka lebih berani dan selalu siap
melakukan pertentangan
jakarta, 12 mei 1998
(Sajak ini telah dibacakan oleh penyairnya di bus-bus kota dan bus antar kota di Jakarta dan kota-kota lain di Jawa)
Label: Acep Syahril, sajak, syair, syair puisi
Oleh :Abrar Yusra
Apatah Dunia bagiku?
Mungkin sebuah rumah untuk sebentar waktu.
Atau mungkin suatu daerah pengembaraan asing
Tak ada rumahku, rumah kita.
Kita baru bakal masuk ke sana
Dan kebahagianku tiada lain selain mencintai rumah ini, mencintai kau penghuninya.
Moga-moga aku betah terus di sini, sesampai waktu
Sedangkan penderitaanku adalah kecemasan seorang anak tersesat.
Atau kecemasan pengembara yang menyandang kutuk
Berjalan dalam kabut
entah ke Kampung Halaman, entah ke Tempat Buangan
Label: Abrar Yusra, sajak, syair, syair puisi
Oleh :Abrar Yusra
Pandanglah kota dan matahari, simpang dan tiang-tiang ini
Di mana pernah melintas bayanganmu
Pernah sekejap kita di sini
Mengiringkan waktu
Tiada sesuatu yang pasti. Berbahagialah menyusur jalan
Resah dari tempat demi tempat
Dan aku hanya bisa memberimu secercah ciuman
Yang hanya kita bisa nikmat
Semoga sesudah kota dan matahari, simpang dan tiang-tiang ini
Engkau pun bisa bertetap hati
pada segala yang akan datang
Selamat jalan, anak sayang !
Label: Abrar Yusra, sajak, syair, syair puisi
Oleh :Abrar Yusra
Lapar aku, aku lapar. Kumakan buah segala buah
Segala padi segala ubi
Kumakan sayur segala sayur. Segala daun segala rumput
Kumakan ikan., Ketam. Udang. Kerang
Kumakan kuda
Ayam. Sapi. Kambing. Babi. Tikus. Bekicot
Aku lapar. Lapar lagi !
Kumakan angin
Kumakan mimpi
Kumakan pil
Kumakan kuman
Kumakan tanah
Kumakan laut
Kumakan mesiu
Kumakan bom
Kumakan bulan
Dan bintang dan matahari !
kumakan mimpimu
Rencanamu
Tangamnu. Kakimu
Kepalamu
Astaga. Kumakan tanganku
Dan kakiku. Dan kepalaku
Dan hah, kumakan kamu!
Label: Abrar Yusra, sajak, syair, syair puisi
Oleh :Abdul Hadi WM
Aneh, tiap mimpi membuka kelopak mimpi yang lain, berlapis-lapis mimpi, tiada dinding dan tirai akhir, hingga kau semakin jauh dan semakin dalam tersembunyi dalam ratusan tirai rahasia membiarkan aku asing pada wujud hampa dan wajah sendiri. Kudatangi kemudian pintu-pintu awan, nadi-nadi cahaya dan kegelapan, rimba sepi dan kejadian -- di jalan-jalannya, di gedung-gedungnya kucari sosok bayangku yang hilang dalam kegaduhan. Tetap, yang fana mengulangi kesombongan dan keangkuhannya dan berkemas pergi entah ke mana gelisah, asing memasuki rumah sendiri menjejakkan kaki, bergumul benda-benda ganjil yang tak pernah dikenal, menulis sajak, menemukan mimpi yang lain lagi berlapis-lapis mimpi, tiada dinding akhir sebelum menjumpai-Mu.
Label: Abdul Hadi WM, puisi, syair, syair puisi
Oleh :Abdul Hadi WM
Ketika masih bocah, rumahku di tepi laut Bila pagi pulang dari perjalanan jauhnya Menghalau malam dan bayang-bayangnya, setiap kali Kulihat matahari menghamburkan sinarnya Seraya menertawakan gelombang Yang hilir mudik di antara kekosongan
Sebab itu aku selalu riang Bermendung atau berawan, udara tetap terang Setiap butir pasir buku pelajaran bagiku Kusaksikan semesta di dalam Dan keluasan mendekapku seperti seorang ibu
Batang kayu untuk perahu masih lembut tapi kuat Kuhadapkan senantiasa jendelaku ke wajah kebebasan Aku tak tahu mengapa aku tak takut pada bahaya Duri dan kepedihan kukenal Melalui kakiku sendiri yang telanjang
Arus begitu akrab denganku Selalu ada tempat bernaung jika udara panas Dan angin bertiup kencang Tak banyak yang mesti dicemaskan Oleh hati yang selalu terjaga Pulau begitu luas dan jalan lebar Seperti kepercayaan Dan kukenal tangan pengasih Tuhan Seperti kukenal getaran yang bangkit Di hatiku sendiri
Label: Abdul Hadi WM, sajak, syair, syair puisi
Oleh :Abdul Hadi WM
Kembali tak ada sahutan di sana Ruang itu bisu sejak lama dan kami gedor terus pintu-pintunya Hingga runtuh dan berderak menimpa tahun-tahun penuh kebohongan dan teror yang tak henti-hentinya
Hingga kami tak bisa tinggal lagi di sana memerah keputusasaan dan cuaca
Demikian kami tinggalkan janji-janji gemerlap itu dan mulai bercerai-berai Lari dari kehancuran yang satu ke kehancuran lainnya Bertikai memperebutkan yang tak pernah pasti dan ada Dari generasi ke generasi
Menenggelamkan rumah sendiri ribut tak henti-henti
Hingga kautanyakan lagi padaku Penduduk negeri damai macam apa kami ini raja-raja datang dan pergi seperti sambaran kilat dan api Dan kami bangun kota kami dari beribu mati. Tinggi gedung-gedungnya di atas jurang dan tumpukan belulang Dan yang takut mendirikan menara sendiri membusuk bersama sepi
Demikian kami tinggalkan janji-janji gemerlap itu dan matahari 'kan lama terbit lagi
Label: Abdul Hadi WM, puisi, sajak, syair puisi
Oleh : Abdul Hadi WM
Tidakkah sakal, negeriku ? Muram dan liar
Negeri ombak
Laut yang diacuhkan musafir
karena tak tahu kapan badai keluar dari eraman
Negeri batu karang yang permai, kapal-kapal menjauhkan diri
Negeri burung-burung gagak
Yang bertelur dan bersarang di muara sungai
Unggas-unggas sebagai datang dan pergi
Tapi entah untuk apa
Nelayan-nelayan tak tahu
Aku impikan sebuah tambang laogam
Langit di atasnya menyemburkan asap
Dan menciptakan awan yang jenaka
Bagai di badut dalam sandiwara
Dengan cangklong besar dan ocehan
Batuk-batuk keras
Seorang wartawan bisa berkata : Indonesia
Adalahberita-berita yang ditulis
Dalam bahasa yang kacau
Dalam huruf-huruf yang coklat muda
Dan undur dari bacaan mata
Di manakah ia kausimpan dalam dokumntasi dunia ?
Kincir-kincir angin itu
Seperti sayap-sayap merpati yang penyap
Dan menyebarkan lelap ke mana-mana
Sebagai pupuk bagi udaranya
Lihat sungai-sungainya, hutan-hutannya dan sawah-sawahnya
Ratusan gerobag melintasi jembatan yang belum selesai kaubikin
Kota-kotanya bertempat di sudut belakang peta dunia
Negeri ular sawah
Negeri ilalang-ilalang liar yang memang dibiarkan tumbuh subur
Tumpukan jerami basah
Minyak tanahnya disimpan dalamkayu-kayu api bertumpuk
Dan bisa kau jadikan itu sebagai api unggun
Untuk pesta-pesta barbar
Indonesia adalah buku yang sedang dikarang
Untuk tidak dibaca dan untuk tidak diterbitkan
Di kantor penerimaan tenaga kerja
Orang-orang sebagai deretan gerbong kereta
Yang mengepulkan asap dan debu dari kaki dan keningnya
Dan mulutnya ternganga
Tatkala bencana mendamprat perutnya
Berapa hutangmu di bank? Di kantor penanaman modal asing?
Di dekat jembatantua
malaikat-malaikat yang celaka
Melagu panjang
Dan lagunya tidak berarti apa-apa
Dan akan pergi ke mana hewan-hewan malam yangterbang jauh
Akan menjenguk gua mana, akan berteduh di rimba raya mana ?
Ratusan gagak berisik menuju kota
Menjalin keribuan di alun-alun, di tiap tikungan jalan
Puluhan orang bergembira
Di atas bayangan mayat yang berjalan
Memasuki toko dan pasar
Di mana dipamerkan barang-barang kerajinan perak
Dan emas tiruan
Indonesia adalah kantor penampungan para penganggur
yang atapnya bocor dan administrasinya kacau
Dijaga oleh anjing-anjing yang malas dan mengantuk
Indonesia adalah sebuah kamus
Yang perbendaharaan kata-katanya ruwet
Dibolak-balik, digeletakkan, diambil lagi, dibaca, dibolak-balik
Sampai mata menjadi bengkak
Kata kerja, kata seru, kata bilangan, kata benda, kata ulang,
kata sifat
Kata sambung dan kata majemuk masuk ke dalam mimpimu
Di mana kamus itu kau pergunakan di sekolah-sekolah dunia ?
Di manakah kamus itu kaujual di pasaran dunia ?
Berisik lagi, berisiklagi :
Gerbong-gerbong kereta
membawa penumpang yang penuh sesak
dan orang-orang itu pada memandang ke sorga
Dengan matanya yang putus asa dan berkilat :
Tuhanku, mengapa kaubiarkan ular-ular yang lapar ini
Melata di bumi merusaki hutan-hutan
Dan kebun-kebunmu yang indah permai
Mengapa kaubiarkan mereka ……….
Negeri ombak
Badai mengeram di teluk
Unggas-unggas bagai datang dan pergi
Tapi entah untuk apa
Nelayan-nelayan tak tahu
Label: Abdul Hadi WM, puisi, sajak, syair, syair puisi
Oleh : Abdul Hadi WM
Dan pasang apalagikah yang akan mengenyahkan kita, kegaduhan apa lagi? Sekarat dan terbakar sudah kita oleh tahun-tahun penuh pertikaian, ketakutan dan perang saudara Terpelanting dari kebuntuan yang satu ke kebuntuan lainnya
Tapi tetap saja kita membisu atau berserakan Menunggu ketakpastian
Telah mereka hancurkan rumah harapan kita Telah mereka campakkan jendela keluh dan ratap kita Hingga tak ada yang mesti kuceritakan padamu lagi tentang laut itu di sana, yang naik dan menarik ketenteraman ke tepi
Kecuali serpih matahari dalam genggam kesia-siaan ini yang bisa menghanguskan kota ini lagi - Raja-raja dan kediaman mereka yang bertangan besi Kecuali segala bual dan pidato kumal yang berapi-api Antara kepedihan bila kesengsaraan dan lapar tak tertahankan lagi
Kita adalah penduduk negeri yang penuh kesempatan dan mimpi Tapi tak pernah lagi punya kesempatan dan mimpi
Kita adalah penduduk negeri yang penuh pemimpin Tapi tak seorang pun kita temukan dapat memimpin Kita....
Label: Abdul Hadi WM, puisi, sajak, syair, syair puisi
Oleh :
Abdul Hadi WM
Barat dan Timur adalah guruku Muslim, Hindu, Kristen, Buddha, Pengikut Zen dan Tao Semua adalah guruku Kupelajari dari semua orang saleh dan pemberani Rahasia cinta, rahasia bara menjadi api menyala Dan tikar sembahyang sebagai pelana menuju arasy-Nya Ya, semua adalah guruku Ibrahim, Musa, Daud, Lao Tze Buddha, Zarathustra, Socrates, Isa Almasih Serta Muhammad Rasulullah Tapi hanya di masjid aku berkhidmat Walau jejak-Nya Kujumpai di mana-mana.
Label: Abdul Hadi WM, puisi, sajak, syair puisi
Puisi: KH.Mustafa Bisri
Rasanya
Baru kemarin
Bung Karno dan Bung Hatta
Atas nama kita menyiarkan dengan seksama
Kemerdekaan kita di hadapan dunia.
Rasanya
Gaung pekik merdeka kita
Masih memantul-mantul tidak hanya
Dari para jurkam PDIP saja.
Rasanya
Baru kemarin.
Padahal sudah lima puluh sembilan tahun lamanya.
Pelaku-pelaku sejarah yang nista dan mulia
Sudah banyak yang tiada. Penerus-penerusnya
Sudah banyak yang berkuasa atau berusaha
Tokoh-tokoh pujaan maupun cercaan bangsa
Sudah banyak yang turun tahta
Taruna-taruna sudah banyak yang jadi
Petinggi negeri
Mahasiswa-mahasiswa yang dulu suka berdemonstrasi
Sudah banyak yang jadi menteri dan didemonstrasi.
Rasanya
Baru kemarin
Padahal sudah lebih setengah abad lamanya.
Menteri-menteri yang dulu suka korupsi
Sudah banyak yang meneriakkan reformasi
Rasanya baru kemarin
Rakyat yang selama ini terdaulat
sudah semakin pintar mendaulat
Pemerintah yang tak kunjung merakyat
pun terus dihujat
Rasanya baru kemarin
Padahal sudah lima puluh sembilan tahun lamanya.
Pembangunan jiwa masih tak kunjung tersentuh
Padahal pembangunan badan yang kemarin dibangga-banggakan
sudah mulai runtuh
Kemajuan semu sudah semakin menyeret dan mengurai
pelukan kasih banyak ibu-bapa
dari anak-anak kandung mereka
Krisis sebagaimana kemakmuran duniawi sudah menutup mata
banyak saudara terhadap saudaranya
Daging yang selama ini terus dimanjakan kini sudah mulai kalap mengerikan
Ruh dan jiwa
sudah semakin tak ada harganya
Masyarakat yang kemarin diam-diam menyaksikan
para penguasa berlaku sewenang-wenang
kini sudah pandai menirukan
Tanda-tanda gambar sudah semakin banyak jumlahnya
Semakin bertambah besar pengaruhnya
Mengalahkan bendera merah putih dan lambang garuda
Kepentingan sendiri dan golongan
sudah semakin melecehkan kebersamaan
Rasanya
Baru kemarin
Padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka
Pahlawan-pahlawan idola bangsa
Seperti Pangeran Diponegoro
Imam Bonjol, dan Sisingamangaraja
Sudah dikalahkan oleh Sin Chan, Baja Hitam,
dan Kura-kura Ninja
Banyak orang pandai sudah semakin linglung
Banyak orang bodoh sudah semakin bingung
Banyak orang kaya sudah semakin kekurangan
Banyak orang miskin sudah semakin kecurangan
Rasanya
Baru kemarin
Tokoh-tokoh angkatan empatlima sudah banyak yang koma
Tokoh-tokoh angkatan enamenam sudah banyak yang terbenam
Tokoh-tokoh angkatan selanjutnya sudah banyak yang tak jelas maunya
Rasanya
Baru kemarin
(Hari ini ingin rasanya
Aku bertanya kepada mereka semua
Sudahkah kalian Benar-benar merdeka?)
Rasanya
Baru kemarin
Negeri zamrud katulistiwaku yang manis
Sudah terbakar nyaris habis
Dilalap krisis dan anarkis
Mereka yang kemarin menikmati pembangunan
Sudah banyak yang bersembunyi meninggalkan beban
Mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri
Sudah meninggalkan utang dan lari mencari selamat sendiri
Mereka yang kemarin sudah terbiasa mendapat kemudahan
Banyak yang tak rela sendiri kesulitan
Mereka yang kemarin mengecam pelecehan hukum
Kini sudah banyak yang pintar melecehkan hukum
Rasanya baru kemarin
Padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka.
Mahasiswa-mahasiswa pejaga nurani
Sudah dikaburkan oleh massa demo yang tak murni
Para oportunis pun mulai bertampilan
Berebut menjadi pahlawan
Pensiunan-pensiunan politisi
Sudah bangkit kembali
Partai-partai politik sudah bermunculan
Dalam reinkarnasi
Rasanya baru kemarin
Wakil-wakil rakyat yang kemarin hanya tidur
Kini sudah pandai mengatur dan semakin makmur
Insan-insan pers yang kemarin seperti burung onta
Kini sudah pandai menembakkan kata-kata
Rasanya
Baru kemarin
Padahal sudah lima puluh sembilan tahun kita
Merdeka.
Para jenderal dan pejabat sudah saling mengadili
Para reformis dan masyarakat sudah nyaris tak terkendali
Mereka yang kemarin dijarah
Sudah mulai pandai meniru menjarah
Mereka yang perlu direformasi
Sudah mulai fasih meneriakkan reformasi
Mereka yang kemarin dipaksa-paksa
Sudah mulai berani mencoba memaksa
Mereka yang selama ini tiarap ketakutan
Sudah banyak yang muncul ke permukaan
Mereka yang kemarin dipojokkan
Sudah mulai belajar memojokkan
Mereka yang kemarin terbelenggu
Sudah mulai lepas kendali melampiaskan nafsu
Mereka yang kemarin giat mengingatkan yang lupa
Sudah mulai banyak yang lupa
Rasanya baru kemarin
Ingin rasanya aku bertanya kepada mereka semua
Tentang makna merdeka
Rasanya baru kemarin
Pakar-pakar dan petualang-petualang negeri
Sudah banyak yang sibuk mengatur nasib bangsa
Seolah-olah Indonesia milik mereka sendiri
Hanya dengan meludahkan kata-kata
Rasanya baru kemarin
Dakwah mengajak kebaikan
Sudah digantikan jihad menumpas kiri-kanan
Dialog dan diskusi
Sudah digantikan peluru dan amunisi
Rasanya baru kemarin
Masyarakat Indonesia yang berketuhanan
Sudah banyak yang kesetanan
Bendera merahputih yang selama ini dibanggakan
Sudah mulai dicabik-cabik oleh dendam dan kedengkian
Rasanya baru kemarin
Legislatif yang lama sekali non aktif
Dan yudikatif yang pasif
Mulai pandai menyaingi eksekutif
Dalam mencari insentif
Rasanya baru kemarin
Para seniman sudah banyak yang senang berpolitik
Para agamawan sudah banyak yang pandai main intrik
Para wartawan sudah banyak yang pintar bikin trik-trik
Rasanya
Baru kemarin
Tokoh-tokoh orde lama sudah banyak yang mulai menjelma
Tokoh-tokoh orde baru sudah banyak yang mulai menyaru
Rasanya
Baru kemarin
Orang-orang NU yang sekian lama dipinggirkan
Sudah mulai kebingungan menerima orderan
NU dan Muhammadiyah yang selama ini menjauhi politik praktis
Sudah kerepotan mengendalikan warganya yang bersikap pragmatis
Rasanya
Baru kemarin
Pak Harto yang kemarin kita tuhankan
Sudah menjadi pesakitan yang sakit-sakitan
Bayang-bayangnya sudah berani pergi sendiri
Atau lenyap seperti disembunyikan bumi
Tapi ajaran liciknya sudah mulai dipraktekkan
oleh tokoh-tokoh yang merasa tertekan
Anak dan antek kesayangan Bapak sudah berani tampil lagi
Mendekati rakyat lugu mencoba menarik simpati
Memanfaatkan popularitas dan kesulitan hidup hari ini
Rasanya baru kemarin
Habibie sudah meninggalkan
Negeri menenangkan diri
Gus Dur sudah meninggalkan
Atau ditinggalkan partainya seorang diri
Rasanya baru kemarin
Padahal sudah limapuluh sembilan tahun lamanya
Megawati yang menghabiskan sisa kekuasaan Abdurrahman
Mengajak Hasyim Muzadi merebut lagi kursi kepresidenan
Membangkitkan nafsu banyak warga NU terhadap kedudukan
Apalagi Wiranto yang mengalahkan Akbar
menggandeng Salahuddin keturunan Rais Akbar
Ikut bersaing merebut kekuasaan melalui Golkar
Dan didukung PKB yang dulu ngotot ingin Golkar bubar
SBY yang mundur dari kabinet Mega juga ikut berlaga
Dengan Jusuf Kalla menyaingi mantan bos mereka
Bahkan dalam putaran pertama paling banyak mengumpulkan suara
Amin Rais yang sudah lama memendam keinginan
Memimpin negeri ini mendapatkan Siswono sebagai rekanan
Sayang perolehan suara mereka tak cukup signifikan
Hamzah Haz yang tak dicawapreskan PDI maupun Golkar
Maju sendiri sebagai capres dengan menggandeng Agum Gumelar
Maju mereka berdua pun dianggap PPP dan lainnya sekedar kelakar
Rasanya baru kemarin
Rakyat yang sekian lama selalu hanya dijadikan
Obyek dan dipilihkan
Kini sudah dimerdekakan Tuhan
Dapat sendiri menentukan pilihan
Meski banyak pemimpin bermental penjajah yang keberatan
Dan ingin terus memperbodohnya dengan berbagai alasan
Rakyat yang kebingungan mencari panutan
Malah mendapatkan kedewasaan dan kekuatan
(Hari ini ingin rasanya
Aku bertanya kepada mereka semua
Bagaiman rasanya
Merdeka?)
Rasanya baru kemarin
Orangtuaku sudah lama pergi bertapa
Anak-anakku sudah pergi berkelana
Kakakku dan kawan-kawanku sudah jenuh menjadi politikus
Aku sendiri tetap menjadi tikus
(Hari ini
setelah limapuluh sembilan tahun kita merdeka
ingin rasanya aku mengajak kembali
mereka semua yang kucinta
untuk mensyukuri lebih dalam lagi
rahmat kemerdekaan ini
dengan mereformasi dan meretas belenggu tirani
diri sendiri
bagi merahmati sesama)
Rasanya baru kemarin
Ternyata sudah limapuluh sembilan tahun kita
Merdeka
(Ingin rasanya
aku sekali lagi menguak angkasa
dengan pekik yang lebih perkasa:
Merdeka!)
Rembang, 17 Agustus 2004
Label: KH.Mustafa Bisri, sajak, syair, syair puisi
Alkisah di neraka sedang ada wawancara terhadap tiga orang pria yang masuk secara bersamaan.
Malaikat: Hai pria berdasi, kamu kok mati masih berdasi segala, kenapa kamu sampaidisini?
Pria 1 : Begini om, tadi itu sebetulnya saya di kantor, terus kepala saya pusing, jadi saya pulang cepat ke apartemen. Sesampai disana eh ... saya dapati istri saya telanjang di ranjang dan tampak lelah berpeluh, pasti abis nyeleweng maka saya cari laki-lakinya dan ternyata di balkon sedang ada orang dengan celana pendek sedang bergantungan, langsung saya pukuli, tapi nggak jatuh-jatuh akhirnya saya sambar lemari balkon dan saya lemparkan ke laki-laki itu sayangnya saya terbawa kebawah dan saya ada disini.
Malaikat: hmmm ... kamu emang sial, coba pria yang bercelana pendek itu, kenapa kamu sampai disini ???
Pria 2 : Nggak tau om, tadi itu saya sedang olahraga pull up di balkon apartemen saya, terus saya kepeleset, untung saya masih bisa meraih balkon tetangga di bawah saya, eh ... tau-tau ada lelaki mukulin saya, bahkan saya digebuk lemari, akhirnya saya jatuh dan saya ada disini.
Malaikat: mmm ... kamu lebih sial lagi ... coba pria yang telanjang bulat, kenapa kamu sampai ke sini?
Pria 3 : Nggak tau om ... bener! ..., tadi itu saya lagi enak-enak serong sama istri orang, eh nggak taunya suaminya pulang cepat, dan saya segera bersembunyi di lemari balkonnya, eh tau-tau kok ada disini.
Label: cerita lucu, lucu
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda