Oleh:Tjahjono Widarmanto
sehabis gerimis mengakhiri percakapannya
dipetiknya harpa, ditiupnya nafiri
dia bernyanyi berlagu-lagu
memaksa angsa-angsa mengibaskan bulu-bulunya.
sehabis gerimis dilanjutkannya dialog itu
melalui denting harpa dan siul nafiri
membuat angin jadi terpesona
lantas mengitari dan memahkotainya dengan daun-daun kamboja
sembari mempersembahkan tarian para dewa.
sehabis gerimis, bunga teratai itu bermekaran
dalam pelukan samadhi kaki langit
berbaring bersama deru topan
yang tiba-tiba jadi jinak dibuai awan
di atas puncak segala, seusai gerimis
seorang brahmana bersama ribuan merpati
menerbangkan damainya nyanyian ke penjuru bumi
jadi hening meditasi wajah bumi dan laut semesta.
sehabis gerimis, ikan-ikan beterbangan,
burung-burung berloncatan
angin tenang bermuara sunyi mencumbu awan kaki langit
tak peduli akan mati.
tak pernah peduli!
Label: sajak, syair, syair puisi, Tjahjono Widarmanto
0 Comments:
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda